Beliau berkata bahwa wanita yang suka dugem, clubbing, begadang sampai pagi, merokok dan minum-minuman keras tidak mungkin direncanakan untuk menjadi ISTRI.
Sebenarnya, perkataan Mario Teguh itu ada benarnya, tetapi juga ada salahnya.
Dari sisi benarnya, Mario Teguh mengajarkan kepada kita untuk pandai-pandai memilih calon istri, dimana tentu saja yang dipilih adalah wanita yang baik moral dan akhlaknya. Kita semua tahu kan apa yang para wanita kenakan dan lakukan saat Dugem atau Clubbing?
Dari sisi salahnya, dengan perkataan; 'tidak mungkin direncanakan untuk menjadi ISTRI' Mario Teguh seakan men-judge wanita yang seperti itu tidak mungkin menjadi Istri seorang pria yang, katakanlah baik. Hey, bukankah human changes? Manusia itu berubah, dan bisa saja setelah menjadi seorang istri, mereka berubah sifatnya ke arah yang lebih baik. Lagipula jodoh itu ada di tangan Tuhan.
Dari fenomena ini, kita bisa simpulkan sepertinya bangsa Indonesia tidak loyal terhadap suatu publik figur. Mereka memandang seseorang berdasarkan apa yang mereka katakan. Ketika Mario Teguh berbicara tentang motivasi-motivasi yang baik, mereka langsung menyukainya, mengikuti acara Golden Ways setiap minggu, mem-follow twitter beliau, dan berlangganan News Letter email motivasi. Tapi apa yang terjadi ketika Mario Teguh berujar seperti yang barusan? Bangsa ini, entah benar-benar clubber atau bukan, dengan entengnya mengatakan, Cupu, Lebay, Wagu, ABG labil, seakan-akan mereka mengatai seorang anak kecil yang tidak sadar dengan apa yang dia katakan. Bukankah benar kalau kita bisa menilai seseorang dari apa yang mereka katakan? Lalu apa kita sendiri juga tidak pernah berkata,
"Hey, cowok itu nggak pantas deh jadi pacarmu. Dia kan miskin.."
"Jangan deh berteman dengan dia. Dia jelek sikapnya, suka dugem, begadang, minum-minuman keras..."
Well, Mario Teguh adalah seorang motivator yang telah berpengalaman selama kurang lebih 20 tahun. Tentunya itu juga tidak menjadi alasan untuk tidak pernah berbuat salah.
Tidak ada seorangpun yang tidak pernah berbuat salah dan khilaf. Jadi jika ada seseorang yang berkata salah, baik disengaja maupun tidak kita seharusnya bisa memandang dan menilai kesalahan itu dari berbagai sisi, sehingga tidak menimbulkan kejadian yang dirasa tidak perlu, seperti Mario Teguh yang kemudian menutup akun Twitter-nya.
Twitter MT ditutup mungkin karena beliau malas untuk menghadapi masalah yang serupa di kemudian hari. Masalah yang juga menimpa banyak kalangan selebritas, seperti kasus Ahmad Dhani, Roy Suryo, dan lainnya. Ketika para publik figur seperti mereka dikomentari oleh para blogger atau social networker dengan kata-kata yang kurang sopan, mereka kebanyakan tambah ngotot dan membalas komentarnya dengan kata-kata yang tidak lebih sopan. Di YouTube masih ada video yang merekam saat Ahmad Dhani berkomentar kalo orang yang buat blog itu adalah orang bodoh. Yeah tentunya sebelum dia tahu ada blog yang menghasilkan US$700 per bulan.
Dari sisi para pendugem, mungkin komentar Mario Teguh terasa menyakitkan bagi mereka. Dugem itu hanya bagian dari sebuah lifestyle, dimana pada sebuah kota yang mungkin semua penduduknya kaya sehingga tidak ada orang miskin yang pantas diberi sedekah atau orang-orang miskin tersebut tidak nampak lagi di mata orang-orang kaya itu. Sehingga alih-alih memberi sedekah, mereka memanfaatkannya untuk membeli baju yang ukurannya tidak lebih besar dari sebuah lap pel, ya lap pel, mungkin juga sarung bantal, tapi dengan harga yang jauh lebih mahal dari baju yang sepantasnya. Siapa sih yang rela ke sudut-sudut kota, menyapa para kaum marginal dan memberi mereka sedekah?
Daripada berkomentar tentang tweet motivasi MT, lebih baik mereka yang suka dugem berkaca dan melihat dirinya sendiri, bukan bagian yang tampak, tapi yang bagian tidak tampak. Istilahnya moral. Apakah kalian benar-benar mendapatkan kebahagiaan sejati dengan melakukan perbuatan seperti itu? Apakah nantinya kalian akan menitipkan anak batita kepada babysitter karena mungkin ASI kalian telah mengandung alkohol? Yeah, dugem sekali-kali mungkin tidak apa-apa. Semua itu memang tergantung orangnya, saya percaya ada orang yang ke tempat dugem dan merasa ini bukan dunianya. Atau mereka yang dugem dengan menutup mata, mata hati, karena sesungguhnya mereka seperti itu karena lingkungan dan teman-teman mereka, mereka hanya tidak tahu tempat baik nan menyenangkan selain pub, bar, atau cafe.
Pada dasarnya kita kembali lagi ke fitrah asal bahwa semua manusia dilahirkan dengan keadaan yang sama-sama telanjang, tidak ada yang tahu mana yang akan menjadi psk, mana yang menjadi pemuka agama. Perjalanan kehidupan, keimanan dan kekuatan hati yang akan menuntun kita ke tujuan akhir.
Akhir kata, memang benar tidak semua clubbers itu buruk, tapi tentunya untuk meraih mimpi dan kehidupan yang lebih baik, kesenangan semacam itu harus ditingggalkan. Dan, setia itu susah, janganlah mengidolakan seseorang berlebihan, bagi kita mungkin komentar Mario Teguh biasa saja, tapi ketika para penikmat dunia malam yang biasa menonton Golden Ways sebelum clubbing, tentu akan menjadi sakit hati mendengar komentar seperti itu. Ambil saja yang baik, dan cuekin saja yang buruk. Kalau lama-kelamaan yang buruk bertambah, kita sendiri bisa menentukan apakah dia benar-benar idola kita?
Well, semua yang berlebihan itu tidak baik, bahkan obat pun bisa menjadi racun jika overdosis dan racun bisa menjadi obat dengan takaran yang tepat.
Twoh