Tadi malam, saya baru saja membaca sebuah blog milik seorang perempuan yang satu kampus dengan teman saya.
“Aku ngerasa batas privasiku udah dijamah banyak orang. Seolah semua punya kunci buat masuk seenaknya ke areaku. Aku butuh waktu buat sendiri. Ngerasain apa yang sebenarnya aku rasain tanpa campur tangan orang lain.”
Saat membaca kutipan blog di atas, saya jadi kepikiran,”Wah, orang ini pasti introvert.”
Adakah yang sependapat? ;)
Well, kita semua pasti sering mendengar kata-kata introvert dan ekstrovert. Banyak yang beranggapan kalau orang introvert itu cenderung pendiam, kuper, suka menyendiri, homeboy/homegirl, pemurung dan berbagai pandangan negatif lainnya.
Benarkah begitu? Tentu tidak, bahkan menurut pencetus teori ini pertama kali, Carl Jung -- seorang psikoanalisis terkenal murid dari Sigmund Freud-- berpendapat kalau introvert itu lebih baik daripada ekstrovert. Why? Let’s check it out!
Menurut Jung, orang-orang introvert adalah mereka yang terampil melakukan perjalanan ke dunia dalam (inner core), yaitu diri mereka sendiri. Mereka selalu mencoba memahami diri mereka sendiri dengan melakukan banyak perenungan dan berkontemplasi. Akhirnya mereka menjadi seseorang yang memahami dirinya, berprinsip, tidak mudah terpengaruh orang lain, dan mengetahui apa yang manjadi tujuan hidupnya.
Sayangnya, terkadang mereka terlalu asyik dengan dunianya sendiri, dunia “aku”, “aku” dan “aku”. Sehingga terkadang mereka kurang peka dengan lingkungannya dan akhirnya lingkungannya pun tidak bisa menerima mereka yang introvert dengan baik. Mereka tahu apa yang mereka mau namun sulit untuk mengkomunikasikannya.
Kebalikan dari introvert, seorang ekstrovert adalah seorang yang fokus menyelami dunia di luar dirinya. Dunia orang ekstrovert adalah dunia “kita” | “aku, kamu, dia, mereka, dan siapa saja”. Mereka dengan luwes berinteraksi dengan banyak orang, mengobrol dan berbasa-basi. Membuat banyak orang terkagum-kagum dan menyukainya.
Tetapi biasanya semua itu dilakukan dengan mengorbankan dirinya sendiri. Mereka mau mengorbankan apa saja untuk mendapat tempat di mata masyarakat maupun lingkungan sosialnya. Karena itu orang ekstrovert cenderung suka untuk berganti-ganti persona.
Intinya, perbedaan antra introvert dan ekstrovert ada pada aliran energi psikis mereka. Ke dalam atau ke luar.
Seorang introvert mendapatkan energi mereka saat melakukan solitary activities, seperti membaca melukis, programming, berkebun, blogging, dsb. Para introvert merasa perlu mengeluarkan energi lebih banyak saat berinteraksi dengan banyak orang sehingga mereka cepat merasa “kelelahan”.
Kebalikannya, kaum ekstrovert justru merasa kelelahan jika sendirian atau melakukan aktivitas sendirian. Mereka mendapatkan energinya dengan berinteraksi dengan banyak orang, seperti ngobrol, hang-out dan sebagainya. Contohnya ketika seorang ekstrovert memutuskan untuk belajar, maka beberapa menit kemudian dia akan mengajak temannya keluar untuk sekadar ngopi atau beli roti bakar.
Orang introvert seringkali merasa tidak nyaman ketika berada di antara banyak orang. Mereka lebih suka untuk mengajak berkenalan salah satu orang di dalam kelompok itu. Para ekstrovert malah merasa tidak nyaman ketika kesepian. Mereka biasanya lantas menelepon atau meng-sms salah seorang temannya sekadar berbagi cerita atau mengatakan sesuatu yang tidak penting untuk menghilangkan kebosanannya.
Baik Introvert maupun ekstrovert, keduanya pandai bergaul dengan banyak orang. Yang membedakan adalah cara mereka berinteraksi. Introvert berinteraksi dengan memfokuskan perhatiannya kepada satu-persatu orang, dan biasanya mereka selektif dalam memilih teman. Sedangkan ekstrovert lebih senang untuk membagi sedikit-sedikit perhatiannya kepada semua orang.
Mudah bagi ekstrovert untuk menghangatkan suasana di dalam kelompok, karena pada dasarnya mereka pandai untuk menciptakan suasana riang dan menyenangkan banyak orang sekaligus.
Kebalikannya orang introvert jago untuk memahami perasaan seseorang saat one-by-one, mereka tahu jika ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada teman mereka hanya dengan mengamatinya saja.
Karena itu, orang introvert biasanya memiliki lingkup lingkaran sosial(social circle) yang kecil. Mereka memiliki sedikit teman, namun kesemuanya adalah “sahabat yang sangat dekat”. Berbeda dengan orang ekstrovert yang selalu dikelilingi banyak teman, namun hampir tidak ada dari mereka yang menjadi “sahabat dekat”-nya.
Seorang ekstrovert bisa saja menjadi pendiam jika tidak mendapatkan lingkungan yang mendukungnya dan tidak memberikan apa yang mereka butuhkan. Mereka pun juga bisa merenung dan berpikir mendalam tentang diri dan kehidupan pribadinya, menjadi pribadi yang kalem dan tenang. Namun untuk membangkitkan kembali “energi”-nya, mereka perlu berbagi dengan lingkungannya.
Introvert juga bisa menjadi orang yang senang bergaul, ceria, aktif bersosialisasi, namun setelah sekian waktu orang introvert perlu privacy dan ketenangan untuk menyeimbangkan diri dan me-recharge energinya kembali.
Pandangan negatif tentang introvert seperti pemurung, pemalu, sombong, biasanya dipersepsikan oleh sebagian besar orang yang umumnya ekstrovert. Karena menurut cara berpikir ekstrovert, mereka akan berperilaku seperti orang introvert bila kondisi mereka sedang down atau mendapat masalah baik masalah pribadi atau sosial. Padahal, orang introvert berperilaku sama, sama-sama diam, cuek, bukan dengan alasan sedang sedih atau marah, tetapi memang secara alami mereka seperti itu, dan mereka fine-fine aja.
Introvert tidak sama dengan pemalu, orang introvert jarang bersosialisasi karena itu pilihannya, sedangkan orang yang malu menghindari aktivitas sosial karena rasa cemas dan takut. Introvert juga bukan orang yang sombong yang menganggap orang lain tidak sekelas dengannya, ini cuma masalah kenyamanan.
Dan faktanya, di dalam diri manusia sudah ada dua kepribadian tersebut. Hanya pada umumnya salah satunya lebih dominan. Lebih ekstrovert, atau lebih introvert.
Jadi, manfaatkanlah kedua-duanya. Pelajari dan gunakan pada saat yang tepat. Saat kalian bersama banyak orang, jadilah seseorang yang hangat, ceria dan menarik layaknya ekstrovert. Sedangkan saat berbicara dari hati-ke-hati, jadilah orang introvert yang pengertian, tenang dan pendengar yang baik, sehingga membuat lawan bicara kita merasa nyaman dan kita pun bisa memahami perasaan mereka lebih dalam.
Bagaimana jika kepribadian tersebut berbanding sama dalam diri kita?(50:50)
Nah, yang mempunyai keseimbangan seperti itu disebut, Ambivert. Dan saya akan bahas itu lain kali. :)
twoh
pelaku pengamat
Thursday, March 4, 2010
Introvert Dalam Lingkungan Ekstrovert
2010-03-04T10:40:00+07:00
Hafizh Herdi
socie|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Petunjuk Arah
- adsense (1)
- alius (1)
- bisnis twoh (4)
- cerita inspirasi (2)
- cerpen (3)
- danetter (5)
- Ego-state therapy. (1)
- genia (1)
- hypnosis (1)
- journeylist (3)
- keajaiban pikiran (2)
- kisah sukses. (2)
- kunci sukses (2)
- memahami hidup (3)
- mestakung (1)
- motivasi (4)
- musicalis (1)
- persona (16)
- prog (6)
- reor (2)
- semesta mendukung (3)
- soc (2)
- socie (6)
- techlife (5)
- tips cinta (1)
- tips wirausaha (2)
- trafik internet (1)
- twoh (2)
- twoh's engineering (1)