Dalam beberapa hari terakhir ini, saya menemukan beberapa orang yang baik. Mereka benar-benar baik hati.
Sore itu, saya dalam perjalanan menuju kampus ketika tiba-tiba perut terasa lapar. Langsung saja saya mampir ke sebuah warung makan di dekat situ. Ketika sampai di dalam, ibu pemilik warung berkata,“Lauknya tinggal ini aja dek, gimana gak apa apa?” Memang di warung itu terlihat hanya ada sedikit lauk pauk, sebenarnya saya bisa memilih warung yang lain, tapi entah kenapa saya memilih untuk makan di sana.
Ketika saya sedang makan, tiba tiba seorang mahasiswa datang ke warung itu. Kelihatannya usianya hampir sebaya dengan saya. Ibu pemilik warung juga berkata hal yang sama padanya, namun sama seperti saya, dia memilih untuk makan di sini.
Sembari makan, saya mendengarkan percakapan antara, mahasiswa itu dengan ibu pemilik warung. Mahasiswa itu memesan makanan untuk dibawa pulang dan bertanya,“Kalau ini jadi berapa harganya bu?” Si penjual pun berkata kalau harganya 3500.
Mahasiswa itu lantas membatalkan pesanan dan memilih lauk yang lain. Ibu penjual yang ramah kemudian bertanya, “kenapa nggak jadi dek?” Dan mahasiswa itu menjawab, kalau, uangnya hanya 3000 rupiah, atau kurang Rp 500.
Mendengar hal itu, sang penjual pun segera berkata, “Ya udah dek, ninggal lima ratus nggak apa-apa, ini juga sudah mau tutup.”
Namun mahasiswa itu dengan santun menolak tawaran ibu tersebut, dengan alasan takut lupa. Sang penjual yang baik lalu berkata,“Tidak apa-apa atuh dek. Lagian si adek juga kan sering makan di sini.” Mahasiswa itu masih tetap tidak mau berhutang di situ, hingga ibu tersebut merasa tidak enak dan berkata,“Udah dek nggak apa apa. Bener. Adek kayak sama siapa aja, nanti kalau lupa ya ibu yang ingetin.”
Biarpun begitu, si mahasiswa tetap menolak tawaran ibu itu dengan halus, dan memilih menu lain yang harganya 2500 rupiah.
Setelah dibungkus, mahasiswa itu lalu membayar dengan uang 3000 yang dia miliki. Saat hendak mencari uang kembalian, si ibu penjual ternyata tidak mempunyai uang 500 rupiah.
Dan apa yang terjadi? Mahasiswa itu langsung berkta,"Ya udah nggak apa-apa bu. 500 nya ninggal disini saja."
Tentu saja sang penjual merasa terharu dengan kebaikannya. Dan mahasiswa itu pun diberi lauk tambahan yang harganya melebihi uang kembalian 500 rupiah.
Selama ini mungkin kita terus-terusan menerima kebaikan dari orang lain. Alangkah baiknya kalau kita berpikir, "Apa kebaikan yang sudah kita perbuat untuk orang lain?"
Seperti halnya dengan rahmat takterhingga yang diberikan Allah SWT kepada kita. Apapun keadaan kita, kita harus mensyukurinya. Karena di balik itu semua tentunya ada hikmah yang telah Allah SWT rencanakan untuk kita.
Twoh
Thursday, March 11, 2010
Kisah Seorang Mahasiswa dan Penjual Makanan
Posted by
Hafizh Herdi
at
12:03 PM
Kisah Seorang Mahasiswa dan Penjual Makanan
2010-03-11T12:03:00+07:00
Hafizh Herdi
journeylist|persona|socie|
Comments
Labels:
journeylist,
persona,
socie
Friday, March 5, 2010
Tanggapan Untuk Kasus Twitter Mario Teguh
Beberapa minggu yang lalu santer terdengar berita tentang akun twitter Mario Teguh yang dinon-aktifkan karena memuat tweet motivasi yang menyinggung tentang profil pasangan seseorang.
Beliau berkata bahwa wanita yang suka dugem, clubbing, begadang sampai pagi, merokok dan minum-minuman keras tidak mungkin direncanakan untuk menjadi ISTRI.
Sebenarnya, perkataan Mario Teguh itu ada benarnya, tetapi juga ada salahnya.
Dari sisi benarnya, Mario Teguh mengajarkan kepada kita untuk pandai-pandai memilih calon istri, dimana tentu saja yang dipilih adalah wanita yang baik moral dan akhlaknya. Kita semua tahu kan apa yang para wanita kenakan dan lakukan saat Dugem atau Clubbing?
Dari sisi salahnya, dengan perkataan; 'tidak mungkin direncanakan untuk menjadi ISTRI' Mario Teguh seakan men-judge wanita yang seperti itu tidak mungkin menjadi Istri seorang pria yang, katakanlah baik. Hey, bukankah human changes? Manusia itu berubah, dan bisa saja setelah menjadi seorang istri, mereka berubah sifatnya ke arah yang lebih baik. Lagipula jodoh itu ada di tangan Tuhan.
Dari fenomena ini, kita bisa simpulkan sepertinya bangsa Indonesia tidak loyal terhadap suatu publik figur. Mereka memandang seseorang berdasarkan apa yang mereka katakan. Ketika Mario Teguh berbicara tentang motivasi-motivasi yang baik, mereka langsung menyukainya, mengikuti acara Golden Ways setiap minggu, mem-follow twitter beliau, dan berlangganan News Letter email motivasi. Tapi apa yang terjadi ketika Mario Teguh berujar seperti yang barusan? Bangsa ini, entah benar-benar clubber atau bukan, dengan entengnya mengatakan, Cupu, Lebay, Wagu, ABG labil, seakan-akan mereka mengatai seorang anak kecil yang tidak sadar dengan apa yang dia katakan. Bukankah benar kalau kita bisa menilai seseorang dari apa yang mereka katakan? Lalu apa kita sendiri juga tidak pernah berkata,
"Hey, cowok itu nggak pantas deh jadi pacarmu. Dia kan miskin.."
"Jangan deh berteman dengan dia. Dia jelek sikapnya, suka dugem, begadang, minum-minuman keras..."
Well, Mario Teguh adalah seorang motivator yang telah berpengalaman selama kurang lebih 20 tahun. Tentunya itu juga tidak menjadi alasan untuk tidak pernah berbuat salah.
Tidak ada seorangpun yang tidak pernah berbuat salah dan khilaf. Jadi jika ada seseorang yang berkata salah, baik disengaja maupun tidak kita seharusnya bisa memandang dan menilai kesalahan itu dari berbagai sisi, sehingga tidak menimbulkan kejadian yang dirasa tidak perlu, seperti Mario Teguh yang kemudian menutup akun Twitter-nya.
Twitter MT ditutup mungkin karena beliau malas untuk menghadapi masalah yang serupa di kemudian hari. Masalah yang juga menimpa banyak kalangan selebritas, seperti kasus Ahmad Dhani, Roy Suryo, dan lainnya. Ketika para publik figur seperti mereka dikomentari oleh para blogger atau social networker dengan kata-kata yang kurang sopan, mereka kebanyakan tambah ngotot dan membalas komentarnya dengan kata-kata yang tidak lebih sopan. Di YouTube masih ada video yang merekam saat Ahmad Dhani berkomentar kalo orang yang buat blog itu adalah orang bodoh. Yeah tentunya sebelum dia tahu ada blog yang menghasilkan US$700 per bulan.
Dari sisi para pendugem, mungkin komentar Mario Teguh terasa menyakitkan bagi mereka. Dugem itu hanya bagian dari sebuah lifestyle, dimana pada sebuah kota yang mungkin semua penduduknya kaya sehingga tidak ada orang miskin yang pantas diberi sedekah atau orang-orang miskin tersebut tidak nampak lagi di mata orang-orang kaya itu. Sehingga alih-alih memberi sedekah, mereka memanfaatkannya untuk membeli baju yang ukurannya tidak lebih besar dari sebuah lap pel, ya lap pel, mungkin juga sarung bantal, tapi dengan harga yang jauh lebih mahal dari baju yang sepantasnya. Siapa sih yang rela ke sudut-sudut kota, menyapa para kaum marginal dan memberi mereka sedekah?
Daripada berkomentar tentang tweet motivasi MT, lebih baik mereka yang suka dugem berkaca dan melihat dirinya sendiri, bukan bagian yang tampak, tapi yang bagian tidak tampak. Istilahnya moral. Apakah kalian benar-benar mendapatkan kebahagiaan sejati dengan melakukan perbuatan seperti itu? Apakah nantinya kalian akan menitipkan anak batita kepada babysitter karena mungkin ASI kalian telah mengandung alkohol? Yeah, dugem sekali-kali mungkin tidak apa-apa. Semua itu memang tergantung orangnya, saya percaya ada orang yang ke tempat dugem dan merasa ini bukan dunianya. Atau mereka yang dugem dengan menutup mata, mata hati, karena sesungguhnya mereka seperti itu karena lingkungan dan teman-teman mereka, mereka hanya tidak tahu tempat baik nan menyenangkan selain pub, bar, atau cafe.
Pada dasarnya kita kembali lagi ke fitrah asal bahwa semua manusia dilahirkan dengan keadaan yang sama-sama telanjang, tidak ada yang tahu mana yang akan menjadi psk, mana yang menjadi pemuka agama. Perjalanan kehidupan, keimanan dan kekuatan hati yang akan menuntun kita ke tujuan akhir.
Akhir kata, memang benar tidak semua clubbers itu buruk, tapi tentunya untuk meraih mimpi dan kehidupan yang lebih baik, kesenangan semacam itu harus ditingggalkan. Dan, setia itu susah, janganlah mengidolakan seseorang berlebihan, bagi kita mungkin komentar Mario Teguh biasa saja, tapi ketika para penikmat dunia malam yang biasa menonton Golden Ways sebelum clubbing, tentu akan menjadi sakit hati mendengar komentar seperti itu. Ambil saja yang baik, dan cuekin saja yang buruk. Kalau lama-kelamaan yang buruk bertambah, kita sendiri bisa menentukan apakah dia benar-benar idola kita?
Well, semua yang berlebihan itu tidak baik, bahkan obat pun bisa menjadi racun jika overdosis dan racun bisa menjadi obat dengan takaran yang tepat.
Twoh
Beliau berkata bahwa wanita yang suka dugem, clubbing, begadang sampai pagi, merokok dan minum-minuman keras tidak mungkin direncanakan untuk menjadi ISTRI.
Sebenarnya, perkataan Mario Teguh itu ada benarnya, tetapi juga ada salahnya.
Dari sisi benarnya, Mario Teguh mengajarkan kepada kita untuk pandai-pandai memilih calon istri, dimana tentu saja yang dipilih adalah wanita yang baik moral dan akhlaknya. Kita semua tahu kan apa yang para wanita kenakan dan lakukan saat Dugem atau Clubbing?
Dari sisi salahnya, dengan perkataan; 'tidak mungkin direncanakan untuk menjadi ISTRI' Mario Teguh seakan men-judge wanita yang seperti itu tidak mungkin menjadi Istri seorang pria yang, katakanlah baik. Hey, bukankah human changes? Manusia itu berubah, dan bisa saja setelah menjadi seorang istri, mereka berubah sifatnya ke arah yang lebih baik. Lagipula jodoh itu ada di tangan Tuhan.
Dari fenomena ini, kita bisa simpulkan sepertinya bangsa Indonesia tidak loyal terhadap suatu publik figur. Mereka memandang seseorang berdasarkan apa yang mereka katakan. Ketika Mario Teguh berbicara tentang motivasi-motivasi yang baik, mereka langsung menyukainya, mengikuti acara Golden Ways setiap minggu, mem-follow twitter beliau, dan berlangganan News Letter email motivasi. Tapi apa yang terjadi ketika Mario Teguh berujar seperti yang barusan? Bangsa ini, entah benar-benar clubber atau bukan, dengan entengnya mengatakan, Cupu, Lebay, Wagu, ABG labil, seakan-akan mereka mengatai seorang anak kecil yang tidak sadar dengan apa yang dia katakan. Bukankah benar kalau kita bisa menilai seseorang dari apa yang mereka katakan? Lalu apa kita sendiri juga tidak pernah berkata,
"Hey, cowok itu nggak pantas deh jadi pacarmu. Dia kan miskin.."
"Jangan deh berteman dengan dia. Dia jelek sikapnya, suka dugem, begadang, minum-minuman keras..."
Well, Mario Teguh adalah seorang motivator yang telah berpengalaman selama kurang lebih 20 tahun. Tentunya itu juga tidak menjadi alasan untuk tidak pernah berbuat salah.
Tidak ada seorangpun yang tidak pernah berbuat salah dan khilaf. Jadi jika ada seseorang yang berkata salah, baik disengaja maupun tidak kita seharusnya bisa memandang dan menilai kesalahan itu dari berbagai sisi, sehingga tidak menimbulkan kejadian yang dirasa tidak perlu, seperti Mario Teguh yang kemudian menutup akun Twitter-nya.
Twitter MT ditutup mungkin karena beliau malas untuk menghadapi masalah yang serupa di kemudian hari. Masalah yang juga menimpa banyak kalangan selebritas, seperti kasus Ahmad Dhani, Roy Suryo, dan lainnya. Ketika para publik figur seperti mereka dikomentari oleh para blogger atau social networker dengan kata-kata yang kurang sopan, mereka kebanyakan tambah ngotot dan membalas komentarnya dengan kata-kata yang tidak lebih sopan. Di YouTube masih ada video yang merekam saat Ahmad Dhani berkomentar kalo orang yang buat blog itu adalah orang bodoh. Yeah tentunya sebelum dia tahu ada blog yang menghasilkan US$700 per bulan.
Dari sisi para pendugem, mungkin komentar Mario Teguh terasa menyakitkan bagi mereka. Dugem itu hanya bagian dari sebuah lifestyle, dimana pada sebuah kota yang mungkin semua penduduknya kaya sehingga tidak ada orang miskin yang pantas diberi sedekah atau orang-orang miskin tersebut tidak nampak lagi di mata orang-orang kaya itu. Sehingga alih-alih memberi sedekah, mereka memanfaatkannya untuk membeli baju yang ukurannya tidak lebih besar dari sebuah lap pel, ya lap pel, mungkin juga sarung bantal, tapi dengan harga yang jauh lebih mahal dari baju yang sepantasnya. Siapa sih yang rela ke sudut-sudut kota, menyapa para kaum marginal dan memberi mereka sedekah?
Daripada berkomentar tentang tweet motivasi MT, lebih baik mereka yang suka dugem berkaca dan melihat dirinya sendiri, bukan bagian yang tampak, tapi yang bagian tidak tampak. Istilahnya moral. Apakah kalian benar-benar mendapatkan kebahagiaan sejati dengan melakukan perbuatan seperti itu? Apakah nantinya kalian akan menitipkan anak batita kepada babysitter karena mungkin ASI kalian telah mengandung alkohol? Yeah, dugem sekali-kali mungkin tidak apa-apa. Semua itu memang tergantung orangnya, saya percaya ada orang yang ke tempat dugem dan merasa ini bukan dunianya. Atau mereka yang dugem dengan menutup mata, mata hati, karena sesungguhnya mereka seperti itu karena lingkungan dan teman-teman mereka, mereka hanya tidak tahu tempat baik nan menyenangkan selain pub, bar, atau cafe.
Pada dasarnya kita kembali lagi ke fitrah asal bahwa semua manusia dilahirkan dengan keadaan yang sama-sama telanjang, tidak ada yang tahu mana yang akan menjadi psk, mana yang menjadi pemuka agama. Perjalanan kehidupan, keimanan dan kekuatan hati yang akan menuntun kita ke tujuan akhir.
Akhir kata, memang benar tidak semua clubbers itu buruk, tapi tentunya untuk meraih mimpi dan kehidupan yang lebih baik, kesenangan semacam itu harus ditingggalkan. Dan, setia itu susah, janganlah mengidolakan seseorang berlebihan, bagi kita mungkin komentar Mario Teguh biasa saja, tapi ketika para penikmat dunia malam yang biasa menonton Golden Ways sebelum clubbing, tentu akan menjadi sakit hati mendengar komentar seperti itu. Ambil saja yang baik, dan cuekin saja yang buruk. Kalau lama-kelamaan yang buruk bertambah, kita sendiri bisa menentukan apakah dia benar-benar idola kita?
Well, semua yang berlebihan itu tidak baik, bahkan obat pun bisa menjadi racun jika overdosis dan racun bisa menjadi obat dengan takaran yang tepat.
Twoh
Posted by
Hafizh Herdi
at
8:03 PM
Tanggapan Untuk Kasus Twitter Mario Teguh
2010-03-05T20:03:00+07:00
Hafizh Herdi
socie|
Comments
Labels:
socie
Thursday, March 4, 2010
Sekolah Dasar Selayang Pandang
Kapan terakhir kali aku mengunjungi SD-ku? Yah, sampai saat ini sepertinya aku tidak pernah ke sana lagi.
Tahun 1996
Aku bersekolah di dua sekolah dasar di kota berbeda, dan itu memberikan banyak pengalaman bagiku, suka dan sedih. SD-ku yang pertama terletak di kota Tegal, kalau tidak salah nama sekolahnya adalah Tegal Sari 1. Pertama kali memasuki bangku sekolah aku diantar ayahku dengan sepeda motor. Layaknya anak kecil begitu melihat penjual mainan yang berjualan di depan sekolah, aku langsung meminta ayahku untuk membeli satu, dan aku akhirnya dibelikan sebuah robot mainan kecil yang bisa berubah menjadi pesawat. Saat itu rasanya senang sekali. Haha
Waktu SD, segalanya masih terasa murah, saat itu uang saku-ku hanya tiga ratus rupiah. Dan itu bisa dipakai untuk membeli tiga buah makanan yang berbeda, atau satu buah makanan seharga 200 rupiah dan es sirup seharga seratus rupiah di kantin belakang sekolah. Rasanya sudah kenyang. Kemudian, karena ayahku sibuk bekerja beliau tidak bisa lagi mengantarku ke sekolah, jadi aku berangkat dan pulang sekolah menggunakan becak langganan. Karena itu, uang saku ditambah menjadi 500 rupiah, waktu itu rasanya senang sekali memegang uang kertas berwarna hijau yang bergambar orang utan. Sekarang uang lima ratusan sudah berbentuk koin, mengingat laju inflasi di Indonesia memang tinggi.
Teman-temanku di sekolah dasar yang pertama, kebanyakan aku sudah lupa namanya. Aku ingat pernah ke rumah seorang temanku, nemanya kalau tidak salah Rudi. Di sana aku cuma bermain Nintendo, dan yang aku ingat waktu itu aku melihat ibunya lagi merokok. Hahaha
Siapa ya teman SD-ku? Saat kembali ke Tegal setelah pindah ke Semarang, aku dipanggil oleh seorang anak kecil di jalan. Mulanya aku tidak kenal, tetapi ternyata itu adalah temanku yang namanya Rendi. Sekarang aku sudah lupa wajahnya.
Waktu kecil aku mempunyai teman bermain, namanya Dewi. Dia perempuan yang energik dan ceria. Usianya lebih tua sekitar dua tahun dariku. Rumahnya terletak persis di samping rumahku, karena itu kami sering sekali bermain bersama. Saat kecil aku adalah laki-laki yang pemalu dan pendiam, dia lah yang berperan sebagai kakak, dan selalu melindungiku ketika aku dijahili oleh teman-temanku yang lain.
Ketika pertama kali belajar bersepeda, aku menggunakan metode tiga roda. Semakin mahir, roda yang ada di samping kanan dan kiri kemudian dilepas satu persatu. Kurang lebih aku belajar selama seminggu, jatuh bangun dan akhirnya aku bisa. Setelah bisa aku langsung mengajak Dewi untuk bersepeda bersama-sama. Namun saat itu dia keluar dengan sepeda ayahnya, semacam sepeda laki-laki model dahulu yang sudah menggunakan gear untuk berpindah gigi. Saat itu aku yang menggunakan sepeda anak-anak kagum melihat Dewi menaiki sepeda itu dengan mahirnya. Kemudian ia pun menyuruhku untuk menaiki sepeda tersebut, mulanya aku takut, apalagi dengan sadelnya yang begitu tinggi. Tapi, seorang lelaki sejak kecil sudah memiliki harga diri di depan wanita, jadi aku tetap menaikinya walaupun dengan berkeringat dingin. Dan.. aku bisa mengendarainya! Aku pun melaju beberapa meter di depannya, dan ketika ingin berbelok, aku jatuh. Hahaha, kami pun tertawa bersama.
Dewi satu SD denganku, ketika aku masih kelas satu, dia sudah kelas tiga. Sesekali aku lewat kelasnya dan mengobrol hanya kalau kebetulan bertemu di depan kelas. Dia selalu iri melihat nilai-nilai raportku yang jauh di atas nilainya saat dia masih kelas satu, dua dan tiga. Kalau sudah begitu, dia lalu bercerita tentang mata pelajaran kelas 4,5, dan 6 yang jauh lebih susah sambil menakut-nakutiku. Kami berpisah saat aku kelas tiga, ayahku yang sudah di Semarang mengalami kecelakaan saat memperbaiki atap. Jadi saat itu juga kami sekeluarga langsung menuju Semarang, perpisahan yang sangat mendadak. Tidak ada kata perpisahan yang kuucapkan untuk teman-teman SDku, dan untuk dirinya. Setelah ayahku membaik, aku kembali ke Tegal namun tidak lama. Saat bertemu dengannya lagi, dia berkata kalau dirinya kesepian karena tidak ada lagi teman bermain. Aku hanya diam dan langsung mengajaknya bermain seperti biasa, melihat monyet peliharaan tetangga, dan membaca buku. Yang terakhir dia mengirim surat padaku saat aku sedang sakit di Semarang. Isi suratnya.. Ehm aku lupa. Yang aku ingat dia bercerita tentang sepeda yang rusak, dan dia berharap aku cepat sembuh.
Kenangan masa kecil yang indah, tidak ada rasa pamrih, yang ada hanyalah perasaan polos dan kasih sayang yang tulus.
NEXT
Tahun 1996
Aku bersekolah di dua sekolah dasar di kota berbeda, dan itu memberikan banyak pengalaman bagiku, suka dan sedih. SD-ku yang pertama terletak di kota Tegal, kalau tidak salah nama sekolahnya adalah Tegal Sari 1. Pertama kali memasuki bangku sekolah aku diantar ayahku dengan sepeda motor. Layaknya anak kecil begitu melihat penjual mainan yang berjualan di depan sekolah, aku langsung meminta ayahku untuk membeli satu, dan aku akhirnya dibelikan sebuah robot mainan kecil yang bisa berubah menjadi pesawat. Saat itu rasanya senang sekali. Haha
Waktu SD, segalanya masih terasa murah, saat itu uang saku-ku hanya tiga ratus rupiah. Dan itu bisa dipakai untuk membeli tiga buah makanan yang berbeda, atau satu buah makanan seharga 200 rupiah dan es sirup seharga seratus rupiah di kantin belakang sekolah. Rasanya sudah kenyang. Kemudian, karena ayahku sibuk bekerja beliau tidak bisa lagi mengantarku ke sekolah, jadi aku berangkat dan pulang sekolah menggunakan becak langganan. Karena itu, uang saku ditambah menjadi 500 rupiah, waktu itu rasanya senang sekali memegang uang kertas berwarna hijau yang bergambar orang utan. Sekarang uang lima ratusan sudah berbentuk koin, mengingat laju inflasi di Indonesia memang tinggi.
Teman-temanku di sekolah dasar yang pertama, kebanyakan aku sudah lupa namanya. Aku ingat pernah ke rumah seorang temanku, nemanya kalau tidak salah Rudi. Di sana aku cuma bermain Nintendo, dan yang aku ingat waktu itu aku melihat ibunya lagi merokok. Hahaha
Siapa ya teman SD-ku? Saat kembali ke Tegal setelah pindah ke Semarang, aku dipanggil oleh seorang anak kecil di jalan. Mulanya aku tidak kenal, tetapi ternyata itu adalah temanku yang namanya Rendi. Sekarang aku sudah lupa wajahnya.
Waktu kecil aku mempunyai teman bermain, namanya Dewi. Dia perempuan yang energik dan ceria. Usianya lebih tua sekitar dua tahun dariku. Rumahnya terletak persis di samping rumahku, karena itu kami sering sekali bermain bersama. Saat kecil aku adalah laki-laki yang pemalu dan pendiam, dia lah yang berperan sebagai kakak, dan selalu melindungiku ketika aku dijahili oleh teman-temanku yang lain.
Ketika pertama kali belajar bersepeda, aku menggunakan metode tiga roda. Semakin mahir, roda yang ada di samping kanan dan kiri kemudian dilepas satu persatu. Kurang lebih aku belajar selama seminggu, jatuh bangun dan akhirnya aku bisa. Setelah bisa aku langsung mengajak Dewi untuk bersepeda bersama-sama. Namun saat itu dia keluar dengan sepeda ayahnya, semacam sepeda laki-laki model dahulu yang sudah menggunakan gear untuk berpindah gigi. Saat itu aku yang menggunakan sepeda anak-anak kagum melihat Dewi menaiki sepeda itu dengan mahirnya. Kemudian ia pun menyuruhku untuk menaiki sepeda tersebut, mulanya aku takut, apalagi dengan sadelnya yang begitu tinggi. Tapi, seorang lelaki sejak kecil sudah memiliki harga diri di depan wanita, jadi aku tetap menaikinya walaupun dengan berkeringat dingin. Dan.. aku bisa mengendarainya! Aku pun melaju beberapa meter di depannya, dan ketika ingin berbelok, aku jatuh. Hahaha, kami pun tertawa bersama.
Dewi satu SD denganku, ketika aku masih kelas satu, dia sudah kelas tiga. Sesekali aku lewat kelasnya dan mengobrol hanya kalau kebetulan bertemu di depan kelas. Dia selalu iri melihat nilai-nilai raportku yang jauh di atas nilainya saat dia masih kelas satu, dua dan tiga. Kalau sudah begitu, dia lalu bercerita tentang mata pelajaran kelas 4,5, dan 6 yang jauh lebih susah sambil menakut-nakutiku. Kami berpisah saat aku kelas tiga, ayahku yang sudah di Semarang mengalami kecelakaan saat memperbaiki atap. Jadi saat itu juga kami sekeluarga langsung menuju Semarang, perpisahan yang sangat mendadak. Tidak ada kata perpisahan yang kuucapkan untuk teman-teman SDku, dan untuk dirinya. Setelah ayahku membaik, aku kembali ke Tegal namun tidak lama. Saat bertemu dengannya lagi, dia berkata kalau dirinya kesepian karena tidak ada lagi teman bermain. Aku hanya diam dan langsung mengajaknya bermain seperti biasa, melihat monyet peliharaan tetangga, dan membaca buku. Yang terakhir dia mengirim surat padaku saat aku sedang sakit di Semarang. Isi suratnya.. Ehm aku lupa. Yang aku ingat dia bercerita tentang sepeda yang rusak, dan dia berharap aku cepat sembuh.
Kenangan masa kecil yang indah, tidak ada rasa pamrih, yang ada hanyalah perasaan polos dan kasih sayang yang tulus.
NEXT
Posted by
Hafizh Herdi
at
11:23 AM
Sekolah Dasar Selayang Pandang
2010-03-04T11:23:00+07:00
Hafizh Herdi
persona|soc|
Comments
Introvert Dalam Lingkungan Ekstrovert
Tadi malam, saya baru saja membaca sebuah blog milik seorang perempuan yang satu kampus dengan teman saya.
“Aku ngerasa batas privasiku udah dijamah banyak orang. Seolah semua punya kunci buat masuk seenaknya ke areaku. Aku butuh waktu buat sendiri. Ngerasain apa yang sebenarnya aku rasain tanpa campur tangan orang lain.”
Saat membaca kutipan blog di atas, saya jadi kepikiran,”Wah, orang ini pasti introvert.”
Adakah yang sependapat? ;)
Well, kita semua pasti sering mendengar kata-kata introvert dan ekstrovert. Banyak yang beranggapan kalau orang introvert itu cenderung pendiam, kuper, suka menyendiri, homeboy/homegirl, pemurung dan berbagai pandangan negatif lainnya.
Benarkah begitu? Tentu tidak, bahkan menurut pencetus teori ini pertama kali, Carl Jung -- seorang psikoanalisis terkenal murid dari Sigmund Freud-- berpendapat kalau introvert itu lebih baik daripada ekstrovert. Why? Let’s check it out!
Menurut Jung, orang-orang introvert adalah mereka yang terampil melakukan perjalanan ke dunia dalam (inner core), yaitu diri mereka sendiri. Mereka selalu mencoba memahami diri mereka sendiri dengan melakukan banyak perenungan dan berkontemplasi. Akhirnya mereka menjadi seseorang yang memahami dirinya, berprinsip, tidak mudah terpengaruh orang lain, dan mengetahui apa yang manjadi tujuan hidupnya.
Sayangnya, terkadang mereka terlalu asyik dengan dunianya sendiri, dunia “aku”, “aku” dan “aku”. Sehingga terkadang mereka kurang peka dengan lingkungannya dan akhirnya lingkungannya pun tidak bisa menerima mereka yang introvert dengan baik. Mereka tahu apa yang mereka mau namun sulit untuk mengkomunikasikannya.
Kebalikan dari introvert, seorang ekstrovert adalah seorang yang fokus menyelami dunia di luar dirinya. Dunia orang ekstrovert adalah dunia “kita” | “aku, kamu, dia, mereka, dan siapa saja”. Mereka dengan luwes berinteraksi dengan banyak orang, mengobrol dan berbasa-basi. Membuat banyak orang terkagum-kagum dan menyukainya.
Tetapi biasanya semua itu dilakukan dengan mengorbankan dirinya sendiri. Mereka mau mengorbankan apa saja untuk mendapat tempat di mata masyarakat maupun lingkungan sosialnya. Karena itu orang ekstrovert cenderung suka untuk berganti-ganti persona.
Intinya, perbedaan antra introvert dan ekstrovert ada pada aliran energi psikis mereka. Ke dalam atau ke luar.
Seorang introvert mendapatkan energi mereka saat melakukan solitary activities, seperti membaca melukis, programming, berkebun, blogging, dsb. Para introvert merasa perlu mengeluarkan energi lebih banyak saat berinteraksi dengan banyak orang sehingga mereka cepat merasa “kelelahan”.
Kebalikannya, kaum ekstrovert justru merasa kelelahan jika sendirian atau melakukan aktivitas sendirian. Mereka mendapatkan energinya dengan berinteraksi dengan banyak orang, seperti ngobrol, hang-out dan sebagainya. Contohnya ketika seorang ekstrovert memutuskan untuk belajar, maka beberapa menit kemudian dia akan mengajak temannya keluar untuk sekadar ngopi atau beli roti bakar.
Orang introvert seringkali merasa tidak nyaman ketika berada di antara banyak orang. Mereka lebih suka untuk mengajak berkenalan salah satu orang di dalam kelompok itu. Para ekstrovert malah merasa tidak nyaman ketika kesepian. Mereka biasanya lantas menelepon atau meng-sms salah seorang temannya sekadar berbagi cerita atau mengatakan sesuatu yang tidak penting untuk menghilangkan kebosanannya.
Baik Introvert maupun ekstrovert, keduanya pandai bergaul dengan banyak orang. Yang membedakan adalah cara mereka berinteraksi. Introvert berinteraksi dengan memfokuskan perhatiannya kepada satu-persatu orang, dan biasanya mereka selektif dalam memilih teman. Sedangkan ekstrovert lebih senang untuk membagi sedikit-sedikit perhatiannya kepada semua orang.
Mudah bagi ekstrovert untuk menghangatkan suasana di dalam kelompok, karena pada dasarnya mereka pandai untuk menciptakan suasana riang dan menyenangkan banyak orang sekaligus.
Kebalikannya orang introvert jago untuk memahami perasaan seseorang saat one-by-one, mereka tahu jika ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada teman mereka hanya dengan mengamatinya saja.
Karena itu, orang introvert biasanya memiliki lingkup lingkaran sosial(social circle) yang kecil. Mereka memiliki sedikit teman, namun kesemuanya adalah “sahabat yang sangat dekat”. Berbeda dengan orang ekstrovert yang selalu dikelilingi banyak teman, namun hampir tidak ada dari mereka yang menjadi “sahabat dekat”-nya.
Seorang ekstrovert bisa saja menjadi pendiam jika tidak mendapatkan lingkungan yang mendukungnya dan tidak memberikan apa yang mereka butuhkan. Mereka pun juga bisa merenung dan berpikir mendalam tentang diri dan kehidupan pribadinya, menjadi pribadi yang kalem dan tenang. Namun untuk membangkitkan kembali “energi”-nya, mereka perlu berbagi dengan lingkungannya.
Introvert juga bisa menjadi orang yang senang bergaul, ceria, aktif bersosialisasi, namun setelah sekian waktu orang introvert perlu privacy dan ketenangan untuk menyeimbangkan diri dan me-recharge energinya kembali.
Pandangan negatif tentang introvert seperti pemurung, pemalu, sombong, biasanya dipersepsikan oleh sebagian besar orang yang umumnya ekstrovert. Karena menurut cara berpikir ekstrovert, mereka akan berperilaku seperti orang introvert bila kondisi mereka sedang down atau mendapat masalah baik masalah pribadi atau sosial. Padahal, orang introvert berperilaku sama, sama-sama diam, cuek, bukan dengan alasan sedang sedih atau marah, tetapi memang secara alami mereka seperti itu, dan mereka fine-fine aja.
Introvert tidak sama dengan pemalu, orang introvert jarang bersosialisasi karena itu pilihannya, sedangkan orang yang malu menghindari aktivitas sosial karena rasa cemas dan takut. Introvert juga bukan orang yang sombong yang menganggap orang lain tidak sekelas dengannya, ini cuma masalah kenyamanan.
Dan faktanya, di dalam diri manusia sudah ada dua kepribadian tersebut. Hanya pada umumnya salah satunya lebih dominan. Lebih ekstrovert, atau lebih introvert.
Jadi, manfaatkanlah kedua-duanya. Pelajari dan gunakan pada saat yang tepat. Saat kalian bersama banyak orang, jadilah seseorang yang hangat, ceria dan menarik layaknya ekstrovert. Sedangkan saat berbicara dari hati-ke-hati, jadilah orang introvert yang pengertian, tenang dan pendengar yang baik, sehingga membuat lawan bicara kita merasa nyaman dan kita pun bisa memahami perasaan mereka lebih dalam.
Bagaimana jika kepribadian tersebut berbanding sama dalam diri kita?(50:50)
Nah, yang mempunyai keseimbangan seperti itu disebut, Ambivert. Dan saya akan bahas itu lain kali. :)
twoh
pelaku pengamat
“Aku ngerasa batas privasiku udah dijamah banyak orang. Seolah semua punya kunci buat masuk seenaknya ke areaku. Aku butuh waktu buat sendiri. Ngerasain apa yang sebenarnya aku rasain tanpa campur tangan orang lain.”
Saat membaca kutipan blog di atas, saya jadi kepikiran,”Wah, orang ini pasti introvert.”
Adakah yang sependapat? ;)
Well, kita semua pasti sering mendengar kata-kata introvert dan ekstrovert. Banyak yang beranggapan kalau orang introvert itu cenderung pendiam, kuper, suka menyendiri, homeboy/homegirl, pemurung dan berbagai pandangan negatif lainnya.
Benarkah begitu? Tentu tidak, bahkan menurut pencetus teori ini pertama kali, Carl Jung -- seorang psikoanalisis terkenal murid dari Sigmund Freud-- berpendapat kalau introvert itu lebih baik daripada ekstrovert. Why? Let’s check it out!
Menurut Jung, orang-orang introvert adalah mereka yang terampil melakukan perjalanan ke dunia dalam (inner core), yaitu diri mereka sendiri. Mereka selalu mencoba memahami diri mereka sendiri dengan melakukan banyak perenungan dan berkontemplasi. Akhirnya mereka menjadi seseorang yang memahami dirinya, berprinsip, tidak mudah terpengaruh orang lain, dan mengetahui apa yang manjadi tujuan hidupnya.
Sayangnya, terkadang mereka terlalu asyik dengan dunianya sendiri, dunia “aku”, “aku” dan “aku”. Sehingga terkadang mereka kurang peka dengan lingkungannya dan akhirnya lingkungannya pun tidak bisa menerima mereka yang introvert dengan baik. Mereka tahu apa yang mereka mau namun sulit untuk mengkomunikasikannya.
Kebalikan dari introvert, seorang ekstrovert adalah seorang yang fokus menyelami dunia di luar dirinya. Dunia orang ekstrovert adalah dunia “kita” | “aku, kamu, dia, mereka, dan siapa saja”. Mereka dengan luwes berinteraksi dengan banyak orang, mengobrol dan berbasa-basi. Membuat banyak orang terkagum-kagum dan menyukainya.
Tetapi biasanya semua itu dilakukan dengan mengorbankan dirinya sendiri. Mereka mau mengorbankan apa saja untuk mendapat tempat di mata masyarakat maupun lingkungan sosialnya. Karena itu orang ekstrovert cenderung suka untuk berganti-ganti persona.
Intinya, perbedaan antra introvert dan ekstrovert ada pada aliran energi psikis mereka. Ke dalam atau ke luar.
Seorang introvert mendapatkan energi mereka saat melakukan solitary activities, seperti membaca melukis, programming, berkebun, blogging, dsb. Para introvert merasa perlu mengeluarkan energi lebih banyak saat berinteraksi dengan banyak orang sehingga mereka cepat merasa “kelelahan”.
Kebalikannya, kaum ekstrovert justru merasa kelelahan jika sendirian atau melakukan aktivitas sendirian. Mereka mendapatkan energinya dengan berinteraksi dengan banyak orang, seperti ngobrol, hang-out dan sebagainya. Contohnya ketika seorang ekstrovert memutuskan untuk belajar, maka beberapa menit kemudian dia akan mengajak temannya keluar untuk sekadar ngopi atau beli roti bakar.
Orang introvert seringkali merasa tidak nyaman ketika berada di antara banyak orang. Mereka lebih suka untuk mengajak berkenalan salah satu orang di dalam kelompok itu. Para ekstrovert malah merasa tidak nyaman ketika kesepian. Mereka biasanya lantas menelepon atau meng-sms salah seorang temannya sekadar berbagi cerita atau mengatakan sesuatu yang tidak penting untuk menghilangkan kebosanannya.
Baik Introvert maupun ekstrovert, keduanya pandai bergaul dengan banyak orang. Yang membedakan adalah cara mereka berinteraksi. Introvert berinteraksi dengan memfokuskan perhatiannya kepada satu-persatu orang, dan biasanya mereka selektif dalam memilih teman. Sedangkan ekstrovert lebih senang untuk membagi sedikit-sedikit perhatiannya kepada semua orang.
Mudah bagi ekstrovert untuk menghangatkan suasana di dalam kelompok, karena pada dasarnya mereka pandai untuk menciptakan suasana riang dan menyenangkan banyak orang sekaligus.
Kebalikannya orang introvert jago untuk memahami perasaan seseorang saat one-by-one, mereka tahu jika ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada teman mereka hanya dengan mengamatinya saja.
Karena itu, orang introvert biasanya memiliki lingkup lingkaran sosial(social circle) yang kecil. Mereka memiliki sedikit teman, namun kesemuanya adalah “sahabat yang sangat dekat”. Berbeda dengan orang ekstrovert yang selalu dikelilingi banyak teman, namun hampir tidak ada dari mereka yang menjadi “sahabat dekat”-nya.
Seorang ekstrovert bisa saja menjadi pendiam jika tidak mendapatkan lingkungan yang mendukungnya dan tidak memberikan apa yang mereka butuhkan. Mereka pun juga bisa merenung dan berpikir mendalam tentang diri dan kehidupan pribadinya, menjadi pribadi yang kalem dan tenang. Namun untuk membangkitkan kembali “energi”-nya, mereka perlu berbagi dengan lingkungannya.
Introvert juga bisa menjadi orang yang senang bergaul, ceria, aktif bersosialisasi, namun setelah sekian waktu orang introvert perlu privacy dan ketenangan untuk menyeimbangkan diri dan me-recharge energinya kembali.
Pandangan negatif tentang introvert seperti pemurung, pemalu, sombong, biasanya dipersepsikan oleh sebagian besar orang yang umumnya ekstrovert. Karena menurut cara berpikir ekstrovert, mereka akan berperilaku seperti orang introvert bila kondisi mereka sedang down atau mendapat masalah baik masalah pribadi atau sosial. Padahal, orang introvert berperilaku sama, sama-sama diam, cuek, bukan dengan alasan sedang sedih atau marah, tetapi memang secara alami mereka seperti itu, dan mereka fine-fine aja.
Introvert tidak sama dengan pemalu, orang introvert jarang bersosialisasi karena itu pilihannya, sedangkan orang yang malu menghindari aktivitas sosial karena rasa cemas dan takut. Introvert juga bukan orang yang sombong yang menganggap orang lain tidak sekelas dengannya, ini cuma masalah kenyamanan.
Dan faktanya, di dalam diri manusia sudah ada dua kepribadian tersebut. Hanya pada umumnya salah satunya lebih dominan. Lebih ekstrovert, atau lebih introvert.
Jadi, manfaatkanlah kedua-duanya. Pelajari dan gunakan pada saat yang tepat. Saat kalian bersama banyak orang, jadilah seseorang yang hangat, ceria dan menarik layaknya ekstrovert. Sedangkan saat berbicara dari hati-ke-hati, jadilah orang introvert yang pengertian, tenang dan pendengar yang baik, sehingga membuat lawan bicara kita merasa nyaman dan kita pun bisa memahami perasaan mereka lebih dalam.
Bagaimana jika kepribadian tersebut berbanding sama dalam diri kita?(50:50)
Nah, yang mempunyai keseimbangan seperti itu disebut, Ambivert. Dan saya akan bahas itu lain kali. :)
twoh
pelaku pengamat
Posted by
Hafizh Herdi
at
10:40 AM
Introvert Dalam Lingkungan Ekstrovert
2010-03-04T10:40:00+07:00
Hafizh Herdi
socie|
Comments
Labels:
socie
Kau Tahu, Mereka Mengatakan Kecepatannya 5 Centimeter Per Detik... Kecepatan Bunga Sakura yang Gugur
Melaksanakan kehidupan seseorang sendirian, kesedihan berkumpul disini dan disana dalam selimut yang dijemur untuk dikeringkan, sikat gigi di kamar mandi dan catatan catatan pesan di handphone.
Jadi kutulis pada gadis yang kukencani sejak tiga tahun yang lalu di emailnya
Pada tahun - tahun terakhir aku telah tertempa tanpa ada penyesalan, hanya untuk menyentuh apa yang tidak bisa kuraih. Email itu adalah petunjuk pasti kenyataan yang ada.
Tanpa kepastian akan sumbernya berasal
Pikiran liar ini bergelora dan aku terus bekerja
Ketika akhirnya aku mengerti, hatiku telah terlanjur mengeras dari sedikit demi sedikit kehilangan harapan masa muda
Dan pada suatu pagi
Ketika aku pada akhirnya sungguh sungguh menyadari...
Bahwa aku telah kehilangan segala sesuatu yang indah
Aku tau bahwa aku telah ada ada diambang batas
Kemarin aku bermimpi
Sebuah impian yang terjadi di waktu lalu
Dalam mimpi itu kita masih belum berumur 14 tahun, kita berada di daerah yang luas yang tertutup salju.
Lampu - lampu rumah menyebar di kejauhan, pemandangan yang mempesona
Kita berjalan di karpet salju yang tebal tapi tidak meninggalkan jejak sedikitpun.
Dan seperti itu
Kita berdua tanpa ada keraguan sedikitpun
Itu yang kita pikir
Aku selalu mencari dirimu untuk muncul di suatu tempat
Di seberang peron stasiun, di etalase etalase pinggir jalan
Meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada di tempat seperti itu
Jika impianku menjadi kenyataan aku akan berada di sisimu sekarang
Tidak ada sesuatu yang tidak bisa kulakukan
Aku akan menempatkan semua pada tempatnya dan kau kupeluk erat
Jika aku ingin menghilangkan kesepian, sembarang orang seharusnya sudah cukup
karena pada malam bintang seakan akan jatuh
Aku tidak bisa membohongi diriku
One More Time, oh musim jangan berubah
One more time ketika kita saling mengacaukan
Aku akan selalu mencari dirimu untuk muncul di suatu tempat
Di persimpangan jalan atau ditengah mimpi
Meskipun aku tau engkau tidak mungkin ada di tempat seperti itu
Jika keajaiban terjadi disini aku akan menunjukkan saat ini juga
Pagi yang baru dimana aku akan memulai
dan katakata yang tidak pernah kuucapkan "Aku cinta kamu"
Ingatan musim panas berputar
Denyutan yang tibatiba menghilang
Aku akan selalu mencari dirimu untuk muncul di suatu tempat
Di kota saat senja, di jalan Sakuragi
Meskipun aku tau engkau tidak mungkin ada di tempat seperti itu
Jika keinginanku menjadi nyata aku akan ada di sisimu saat ini juga
Tidak ada sesuatu yang tidak bisa kulakukan
Aku akan menempatkan semua pada tempatnya dan kau kupeluk erat
Aku selalu mencari pecahan dirimu di suatu tempat
Di toko sepanjang perjalananku, di sudut kios penjual koran
Meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada di tempat seperti itu
Jika keajaiban terjadi disini aku akan menunjukkan saat ini juga
Pagi yang baru dimana aku akan memulai
dan kata kata yang tidak pernah kuucapkan "Aku cinta kamu"
Aku selalu mencari senyumanmu berada muncul di suatu tempat
Di perlintasan kereta menunggu kereta ekspres lewat
Meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada di tempat seperti itu
Jika hidup kita bisa diulang aku akan berada di sisimu setiap waktu
Aku tidak akan meminta apapun
Tidak ada yang berarti kecuali dirimu
***********************************************************
Salam Tohno Takaki sama, Saya sangat menyesal tidak menghubungimu untuk sementara waktu.
Panas sekali musim panas di sini...namun
Masih lebih dingin dibandingkan Tokyo.
Tapi memikirkan hal itu, saya lebih suka musim panas yang gerah di Tokyo.
Aspal yang terlihat seakan akan meleleh, gemerlap gedung pencakar langit di kejauhan, dan AC yang terlalu dingin di pusat perbelanjaan dan kereta bawah tanah.
Terakhir kita bertemu di upacara perpisahan sekolah dasar...
sudah setengah tahun sejak saat itu
Hey...Takaki kun, Masihkah engkau ingat diriku?
***********************************************************
Salam untuk Takakikun!
Terimakasih untuk balasannya. saya sangat gembira mendengarnya!
Musim gugur segera datang, benar? daun musim gugur disini sangat indah
Kemarin, aku memakai sweater pertamaku tahun ini.
Aktifitas club telah berjalan lebih awal di pagi hari. Karenanya aku menulis surat ini di kereta
Aku baru saja memotong rambutku
Sekarang jadi sedikit pendek hingga telingaku terlihat
Bila kita bertemu, Kamu mungkin tidak bisa mengenaliku lagi ya?
Kamu juga berubah sedikit demi sedikit bukan?
***********************************************************
Salam. Cuaca dingin berlanjut. Bagaimana kabarmu?
Disini telah turun salju tak terhitung
Aku harus memakai pakaian yang tebal ke sekolah karenanya
Di Tokyo belum turun salju bukan?
Aku belum terbiasa untuk berjalan jalan
Aku memperhatikan laporan cuaca di Tokyo juga
Sepertinya akan turun hujan...
Tapi berat juga terkurung dalam ruangan
***********************************************************
Dengan segala hormat, Aku harap kamu selalu sehat
Salam hangat untukmu, Takaki - kun!
Aku sangat gembira kita berjanji untuk bertemu pada 14 Maret
Setahun telah berlalu sejak terakhir kita bertemu
Bagaimanapun aku cemas memikirkannya
Ada pohon sakura besar dekat rumahku
Selama musim semi, Itu mungkin tempat dimana...
...bunga sakura gugur 5 centimeter per detik..
***********************************************************
"Aku masih suka kamu bahkan sekarang."
Jadi kutulis pada gadis yang kukencani sejak tiga tahun yang lalu di emailnya
"Tapi Meskipun kita bertukar ribuan pesan..."
"...hati kita mungkin tidak akan bergerak bahkan 1 centimeterpun mendekat bersama"
Pada tahun - tahun terakhir aku telah tertempa tanpa ada penyesalan, hanya untuk menyentuh apa yang tidak bisa kuraih. Email itu adalah petunjuk pasti kenyataan yang ada.
Tanpa kepastian akan sumbernya berasal
Pikiran liar ini bergelora dan aku terus bekerja
Ketika akhirnya aku mengerti, hatiku telah terlanjur mengeras dari sedikit demi sedikit kehilangan harapan masa muda
Dan pada suatu pagi
Ketika aku pada akhirnya sungguh sungguh menyadari...
Bahwa aku telah kehilangan segala sesuatu yang indah
Aku tau bahwa aku telah ada ada diambang batas
Kemarin aku bermimpi
Sebuah impian yang terjadi di waktu lalu
Dalam mimpi itu kita masih belum berumur 14 tahun, kita berada di daerah yang luas yang tertutup salju.
Lampu - lampu rumah menyebar di kejauhan, pemandangan yang mempesona
Kita berjalan di karpet salju yang tebal tapi tidak meninggalkan jejak sedikitpun.
Dan seperti itu
"Suatu hari Kita akan melihat bersama bunga sakura mekar lagi"
Kita berdua tanpa ada keraguan sedikitpun
Itu yang kita pikir
One More Time, One More Chance
Aku selalu mencari dirimu untuk muncul di suatu tempat
Di seberang peron stasiun, di etalase etalase pinggir jalan
Meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada di tempat seperti itu
Jika impianku menjadi kenyataan aku akan berada di sisimu sekarang
Tidak ada sesuatu yang tidak bisa kulakukan
Aku akan menempatkan semua pada tempatnya dan kau kupeluk erat
Jika aku ingin menghilangkan kesepian, sembarang orang seharusnya sudah cukup
karena pada malam bintang seakan akan jatuh
Aku tidak bisa membohongi diriku
One More Time, oh musim jangan berubah
One more time ketika kita saling mengacaukan
Aku akan selalu mencari dirimu untuk muncul di suatu tempat
Di persimpangan jalan atau ditengah mimpi
Meskipun aku tau engkau tidak mungkin ada di tempat seperti itu
Jika keajaiban terjadi disini aku akan menunjukkan saat ini juga
Pagi yang baru dimana aku akan memulai
dan katakata yang tidak pernah kuucapkan "Aku cinta kamu"
Ingatan musim panas berputar
Denyutan yang tibatiba menghilang
Aku akan selalu mencari dirimu untuk muncul di suatu tempat
Di kota saat senja, di jalan Sakuragi
Meskipun aku tau engkau tidak mungkin ada di tempat seperti itu
Jika keinginanku menjadi nyata aku akan ada di sisimu saat ini juga
Tidak ada sesuatu yang tidak bisa kulakukan
Aku akan menempatkan semua pada tempatnya dan kau kupeluk erat
Aku selalu mencari pecahan dirimu di suatu tempat
Di toko sepanjang perjalananku, di sudut kios penjual koran
Meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada di tempat seperti itu
Jika keajaiban terjadi disini aku akan menunjukkan saat ini juga
Pagi yang baru dimana aku akan memulai
dan kata kata yang tidak pernah kuucapkan "Aku cinta kamu"
Aku selalu mencari senyumanmu berada muncul di suatu tempat
Di perlintasan kereta menunggu kereta ekspres lewat
Meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada di tempat seperti itu
Jika hidup kita bisa diulang aku akan berada di sisimu setiap waktu
Aku tidak akan meminta apapun
Tidak ada yang berarti kecuali dirimu
***********************************************************
Salam Tohno Takaki sama, Saya sangat menyesal tidak menghubungimu untuk sementara waktu.
Panas sekali musim panas di sini...namun
Masih lebih dingin dibandingkan Tokyo.
Tapi memikirkan hal itu, saya lebih suka musim panas yang gerah di Tokyo.
Aspal yang terlihat seakan akan meleleh, gemerlap gedung pencakar langit di kejauhan, dan AC yang terlalu dingin di pusat perbelanjaan dan kereta bawah tanah.
Terakhir kita bertemu di upacara perpisahan sekolah dasar...
sudah setengah tahun sejak saat itu
Hey...Takaki kun, Masihkah engkau ingat diriku?
***********************************************************
Salam untuk Takakikun!
Terimakasih untuk balasannya. saya sangat gembira mendengarnya!
Musim gugur segera datang, benar? daun musim gugur disini sangat indah
Kemarin, aku memakai sweater pertamaku tahun ini.
Aktifitas club telah berjalan lebih awal di pagi hari. Karenanya aku menulis surat ini di kereta
Aku baru saja memotong rambutku
Sekarang jadi sedikit pendek hingga telingaku terlihat
Bila kita bertemu, Kamu mungkin tidak bisa mengenaliku lagi ya?
Kamu juga berubah sedikit demi sedikit bukan?
***********************************************************
Salam. Cuaca dingin berlanjut. Bagaimana kabarmu?
Disini telah turun salju tak terhitung
Aku harus memakai pakaian yang tebal ke sekolah karenanya
Di Tokyo belum turun salju bukan?
Aku belum terbiasa untuk berjalan jalan
Aku memperhatikan laporan cuaca di Tokyo juga
Sepertinya akan turun hujan...
Tapi berat juga terkurung dalam ruangan
***********************************************************
Dengan segala hormat, Aku harap kamu selalu sehat
Salam hangat untukmu, Takaki - kun!
Aku sangat gembira kita berjanji untuk bertemu pada 14 Maret
Setahun telah berlalu sejak terakhir kita bertemu
Bagaimanapun aku cemas memikirkannya
Ada pohon sakura besar dekat rumahku
Selama musim semi, Itu mungkin tempat dimana...
...bunga sakura gugur 5 centimeter per detik..
***********************************************************
Posted by
Hafizh Herdi
at
10:35 AM
Kau Tahu, Mereka Mengatakan Kecepatannya 5 Centimeter Per Detik... Kecepatan Bunga Sakura yang Gugur
2010-03-04T10:35:00+07:00
Hafizh Herdi
persona|
Comments
Labels:
persona
Subscribe to:
Posts (Atom)
Petunjuk Arah
- adsense (1)
- alius (1)
- bisnis twoh (4)
- cerita inspirasi (2)
- cerpen (3)
- danetter (5)
- Ego-state therapy. (1)
- genia (1)
- hypnosis (1)
- journeylist (3)
- keajaiban pikiran (2)
- kisah sukses. (2)
- kunci sukses (2)
- memahami hidup (3)
- mestakung (1)
- motivasi (4)
- musicalis (1)
- persona (16)
- prog (6)
- reor (2)
- semesta mendukung (3)
- soc (2)
- socie (6)
- techlife (5)
- tips cinta (1)
- tips wirausaha (2)
- trafik internet (1)
- twoh (2)
- twoh's engineering (1)