TWOH's Engineering

TWOH's Engineering
belajar tutorial android dan java

Thursday, May 24, 2012

Do We Have to Be The Best?

Sebelum saya membagikan tips dan trik "Gila" bagi anda - anda sekalian yang sudah penasaran, yaitu bagaimana untuk tetap hidup melompat dari kamar hotel di lantai 30. Saya ingin share pelajaran berharga yang saya dapatkan hari ini.
<mode gaul: on> 
Gini nih bro, hari ini gw gak lolos sebuah seleksi untuk menjadi contact person di sebuah organisasi kesukarelawanan, IIWC. -_-'
Lalu, apakah gw kecewa?
Ya, pasti lah bro! Namun, gw ambil pelajaran berharga dari kejadian ini. Ya! dalam kehidupan ini, kita bisa memilih, apakah kita belajar dari kejadian yang terjadi pada kehidupan kita, atau kita hanya melewatkannya atau bahkan meratapinya. hmm, thats so pity guys!
Dalam keadaan kecewa setelah gw lihat ketidaklolosan gw, gw pakai teknik disosiasi + self talk. Sebuah teknik hypnosis dalam memahami diri, dengan melihat diri sendiri dari kacamata orang lain atau biasa disebut Ego-state therapy.
Nah, dari situ gw sadar, ada beberapa hal yang ternyata harus gw perbaiki.

Haruskah Kita Menjadi yang Terbaik?
Sejak kecil kita sering dituntut , "jadilah yang terbaik". Itu sudah menjadi doktrin yang ditanamkan oleh orang tua kita, keluarga kita, dan lingkungan kita. Tentu maksud mereka itu baik, namun! Ternyata disisi lain itu bisa menjadi penghambat kita lho bro! 

Menipu Diri Sendiri
Bagaimana tidak, ketika kita dituntut untuk menjadi yang terbaik, kita pasti berusaha sesempurna mungkin dalam bertindak. Tidak jarang kita memanipulasi data dan hanya meng-copy-paste. Seperti kasus yang gw alami dalam melamar kerja. Gw mengisi form "Motivation letter" dengan browsing melalui internet dan copy-paste dari milik orang lain. Meski gw edit beberapa bagian, tetap saja itu menipu orang lain, dan terutama diri sendiri. Sama sekali nggak otentik bro! dan bukan berasal dari dalam diri, karena berharap "validasi" dari orang lain akan kesempurnaan yang kita lakukan.

Menunda Hingga Waktu yang Tepat
Nah! Ini nih yang juga menjadi momok orang banyak, termasuk gw sendiri. -_-... Tidak jarang kita selalu menunda suatu hal dengan alasan, "ah sekarang bukan waktu yang tepat" atau "nanti deh, rencananya belum matang nih". Padahal "Good Plan today is BETTER than Perfect Plan tomorrow". Itu karena kita terdoktrin oleh kalimat "Jadilah yang terbaik". Apakah dengan menunda, pekerjaan kita akan sempurna? Pada kenyataannya pekerjaan kita malah berantakan guys!

Jadilah yang Terburuk
Seperti apa yang dikatakan om Bob Sadino "Saya tidak berniat sukses, tapi gagal. Saya tidak berharap untung tapi rugi" kita seharusnya sadar bahwa kesempurnaan itu datang dari beribu - ribu kesalahan. Bukannya kita berharap gagal, namun kalimat tersebut mengatakan bahwa "Bertindaklah Sekarang Bro!"


"so, kalau memang perkara akan kita putuskan sekarang adalah ihwal baru bagi kita. Mari kita niatkan mendapat hasil terjelek, dari kemampuan terbaik yang  kita upayakan dengan penuh maksimal. Sehingga, perlahan-lahan kita menikmati prosesnya. Kemudian, kita terus mengevaluasi dan memperbaiki persembahan kita. Hingga menjadi terbaik. Setuju?" Kata salah satu guru online gw.


Thanksz to Rahmadsya Mind-Therapist for the insight.





Monday, May 21, 2012

GIIILLAAAA! Seorang MANUSIA MELOMPAT dari KAMAR HOTEL di LANTAI 30 dan TETAP HIDUP!




Kau pasti mengira itu hal yang mustahil kan? aku pun mengira begitu pada awalnya.
Namun sejenak sebelum saya menceritakan kisah tersebut, saya ingin menyampaikan sepatah dua patah kata tentang KEAJAIBAN PIKIRAN.
Yang menarik dari pikiran (otak-red) kita, adalah merupakan karunia Tuhan yang sangat powerful dan merupakan sumber daya terbesar dalam tubuh kita. Bahkan, sebenarnya kita PASTI SUKSES kalau kita benar - benar memberdayakannya. Aku berani JAMIN! tentunya tetap dengan melibatkan TUHAN donk ya. . .
Namun! kebanyakan kita tidak benar - benar menggunakannya dengan maksimal.
Why?
Karena kita BELUM MENYADARINYA!
"gus, jangan teriak teriak gitu ah, malu didengar tetangga"
Oke, kalem sedikit deh..huft..
"jadi?"
Ya oleh karena itu kita harus menyadarinya dan memberdayakannya..
"nah trus gus, pertanyaannya adalah bagaimana?"
Besok deh aku lanjutkan, semoga besok sempat ya.. hhe
"lha lho, cuma segitu doank? trus mana kisah orang yang melompat dari atas lantai 30 dan tetap hidup?"
iya udah ngantuk nih. kalau itu.. ya saya pun bisa melompat dari kamar hotel di lantai 30 dan tetap hidup. mau tahu caranya?
"mau donk!"
Besok ya aku kasih tahu, kalau bisa nanti setelah tahu triknya kau ajak teman kau dan kau rekam video, trus kau upload di youtube. oke! see ya.

Menjadi yang Biasa Saja Juga Tidak Apa-Apa


Hafizh Herdi Naufal
http://twoh.web.id


Dunia yang sekarang ini sangat sarat dengan persaingan, semua orang ingin menjadi nomor satu. Semua orang ingin merasa diakui dan menjadi hebat. Lalu bagaimana dengan orang yang biasa-biasa saja? Apakah salah dengan menjadi seseorang yang biasa? Cek cerita yang saya dapatkan dari milis ini:

Aku Ingin Menjadi Orang Yang Bertepuk Tangan di Tepi Jalan

Di kelasnya ada 50 orang murid, setiap kali ujian, anak perempuanku tetap mendapat ranking ke-23. Lambat laun membuat dia mendapatkan nama panggilan dengan nomor ini, dia juga menjadi murid kualitas menengah yang sesungguhnya. Sebagai orangtua, kami merasa nama panggilan ini kurang enak didengar, namun anak kami ternyata menerimanya dengan senang hati. Suamiku mengeluhkan ke padaku, setiap kali ada kegiatan di perusahaannya atau pertemuan alumni sekolahnya, setiap orang selalu memuji-muji "Superman cilik" di rumah masing-masing, sedangkan dia hanya bisa menjadi pendengar saja.
Anak keluarga orang, bukan saja memiliki nilai sekolah yang menonjol, juga memiliki banyak keahlian khusus. Sedangkan anak nomor 23 di keluarga kami tidak memiliki sesuatu pun untuk ditonjolkan. Dari itu, setiap kali suamiku menonton penampilan anak-anak berbakat luar biasa dalam acara televisi, timbul keirian dalam hatinya sampai matanya bersinar-sinar. Kemudian ketika dia membaca sebuah berita tentang seorang anak berusia 9 tahun yang masuk perguruan tinggi, dia bertanya dengan hati pilu kepada anak kami: Anakku, kenapa kamu tidak terlahir sebagai anak dengan kepandaian luar biasa? Anak kami menjawab: Itu karena ayah juga bukan seorang ayah dengan kepandaian luar biasa. Suamiku menjadi tidak bisa berkata apa-apa lagi, saya tanpa tertahankan tertawa sendiri.

Pada pertengahan musim gugur, semua sanak keluarga berkumpul bersama untuk merayakannya, sehingga memenuhi satu ruangan besar di restoran. Topik pembicaraan semua orang perlahan-lahan mulai beralih kepada anak masing-masing. Dalam kemeriahan suasana, anak-anak ditanyakan apakah cita-cita mereka di masa mendatang? Ada yang menjawab akan menjadi pemain piano, bintang film atau politikus, tiada seorang pun yang terlihat takut mengutarakannya di depan orang banyak, bahkan anak perempuan berusia 4½ tahun juga menyatakan kelak akan menjadi seorang pembawa acara di televisi, semua orang bertepuk tangan mendengarnya. Anak perempuan kami yang berusia 15 tahun terlihat sibuk sekali sedang membantu anak-anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya kelak. Di bawah desakan orang banyak, akhirnya dia menjawab dengan sungguh-sungguh: Kelak ketika aku dewasa, cita-cita pertamaku adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari dan bermain-main. Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan akan cita-cita keduanya. Dia menjawab dengan besar hati: Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang-bintang. Semua sanak keluarga tertegun dibuatnya, saling pandang tanpa tahu akan berkata apa lagi. Raut muka suamiku menjadi canggung sekali.

Sepulangnya ke rumah, suamiku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak menjadi guru TK? Apakah kami tetap akan membiarkannya menjadi murid kualitas menengah? Sebetulnya, kami juga telah berusaha banyak. Demi meningkatkan nilai sekolahnya, kami pernah mencarikan guru les pribadi dan mendaftarkannya di tempat bimbingan belajar, juga membelikan berbagai materi belajar untuknya. Anak kami juga sangat penurut, dia tidak membaca komik lagi, tidak ikut kelas origami lagi, tidur bermalas-malasan di akhir minggu juga tidak dilakukan lagi. Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan tanpa henti. Namun biar bagaimana pun dia tetap seorang anak-anak, tubuhnya tidak bisa bertahan lagi dan terserang flu berat. Biar sedang diinfus dan terbaring di ranjang, dia tetap bersikeras mengerjakan tugas pelajaran, akhirnya dia terserang radang paru-paru. Setelah sembuh, wajahnya terlihat kurus banyak. Akan tetapi ternyata hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja nomor 23.

Kemudian, kami juga mencoba untuk memberikan penambah gizi dan rangsangan hadiah, setelah berulang-ulang menjalaninya, ternyata wajah anak perempuanku semakin pucat saja. Apalagi, setiap kali akan ujian, dia mulai tidak bisa makan dan tidak bisa tidur, terus mencucurkan keringat dingin, terakhir hasil ujiannya malah menjadi nomor 33 yang mengejutkan kami. Aku dan suamiku secara diam-diam melepaskan aksi menarik bibit ke atas demi membantunya tumbuh ini. Dia kembali pada jam belajar dan istirahatnya yang normal, kami mengembalikan haknya untuk membaca komik, mengijinkannya untuk berlangganan majalah "Humor anak-anak" dan sejenisnya, sehingga rumah kami menjadi tenteram kembali. Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak mengerti akan nilai sekolahnya.

Pada akhir minggu, teman-teman sekerja pergi rekreasi bersama. Semua orang mempersiapkan lauk terbaik dari masing-masing, dengan membawa serta suami dan anak untuk piknik. Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa dan guyonan, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan karya seni pendek. Anak kami tiada keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan gembira. Dia sering kali lari ke belakang untuk menjaga bahan makanan. Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat agak miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap jus sayuran yang bocor ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.

Ketika makan terjadi satu kejadian di luar dugaan. Ada dua orang anak lelaki, satunya adalah bakat matematika, satunya lagi adalah ahli bahasa Inggeris. Kedua anak ini secara bersamaan menjepit sebuah kue beras ketan di atas piring, tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau membaginya. Walau banyak makanan enak terus dihidangkan, mereka sama sekali tidak mau peduli. Orang dewasa terus membujuk mereka, namun tidak ada hasilnya. Terakhir anak kami yang menyelesaikan masalah sulit ini dengan cara sederhana yaitu lempar koin untuk menentukan siapa yang menang.

Ketika pulang, jalanan macet dan anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku terus membuat guyonan dan membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan banyak bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan, membuat anak-anak ini terus memberi pujian. Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio masing-masing. Ketika mendengar anak-anak terus berterima kasih, tanpa tertahankan pada wajah suamiku timbul senyum bangga.

Sehabis ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku. Pertama-tama mendapatkan kabar kalau nilai sekolah anakku tetap kualitas menengah. Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang hendak diberitahukannya, hal yang pertama kali ditemukannya selama 30 tahun mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu siapa teman sekelas yang paling kamu kagumi dan alasannya. Selain anakku, semua teman sekelasnya menuliskan nama anakku.
Alasannya sangat banyak: antusias membantu orang, sangat memegang janji, tidak mudah marah, enak berteman, dan lain-lain, paling banyak ditulis adalah optimis dan humoris. Wali kelasnya mengatakan banyak usul agar dia dijadikan ketua kelas saja. Dia memberi pujian: Anak anda ini, walau nilai sekolahnya biasa-biasa saja, namun kalau bertingkah laku terhadap orang, benar-benar nomor satu.

Saya berguyon pada anakku, kamu sudah mau jadi pahlawan. Anakku yang sedang merajut selendang leher terlebih menundukkan kepalanya dan berpikir sebentar, dia lalu menjawab dengan sungguh-sungguh: “Guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.” Dia pelan-pelan melanjutkan: “Ibu, aku tidak mau jadi pahlawan, aku ingin jadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.” Aku terkejut mendengarnya dan mengamatinya dengan seksama.

Dia tetap diam sambil merajut benang wolnya, benang warna merah muda dipilinnya bolak balik di jarum bambu, sepertinya waktu yang berjalan di tangannya mengeluarkan kuncup bunga. Dalam hatiku terasa hangat seketika. Pada ketika itu, hatiku tergugah oleh anak perempuan yang tidak ingin menjadi pahlawan ini. Di dunia ini ada berapa banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi pahlawan, namun akhirnya menjadi seorang biasa di dunia fana ini. Jika berada dalam kondisi sehat, jika hidup dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hati, mengapa anak-anak kita tidak boleh menjadi seorang biasa yang baik hati dan jujur.

Jika anakku besar nanti, dia pasti akan menjadi seorang isteri yang berbudi luhur, seorang ibu yang lemah lembut, bahkan menjadi seorang teman kerja yang suka membantu, tetangga yang ramah dan baik. Apalagi dia mendapatkan ranking 23 dari 50 orang murid di kelasnya, kenapa kami masih tidak merasa senang dan tidak merasa puas? Masih ingin dirinya lebih hebat dari orang lain dan lebih menonjol lagi? Lalu bagaimana dengan sisa 27 orang anak-anak di belakang anakku? Jika kami adalah orangtua mereka, bagaimana perasaan kami?
Bagaimana? :) Kalau menurut saya, yang pasti harus ada pada diri seseorang adalah prinsip... prinsip-prinsip seperti kejujuran, kasih sayang, integritas, loyalitas, baik hati dan apapun itu yang menjadi prinsip kalian. Karena sesungguhnya semua atribut atau jabatan yang kita miliki, hanyalah sementara. Kekayaan, kecantikan, ketampanan, pangkat, posisi, dsb. Kalau kalian membiarkan orang lain melihat diri kalian hanya dari nilai-nilai tersebut, maka apabila atribut-atribut itu tidak lagi melekat pada kalian, maka orang-orang tidak akan memandang kalian lagi, bukan? So, be honest with yourself.

Opini Tentang Mestakung : Semesta Mendukung


Akhir-akhir ini aku mencoba lebih mengamati awan yang selalu kulihat setiap hari. Orang-orang berhenti dan memandang awan di kejauhan, walaupun sebenarnya hanya awan saja yang ada di sana.

Sangat misterius saat aku mulai merasa seperti terbang ke dunia yang berbeda. Karena, yang pertama, di sana tidak ada satupun awan yang berbentuk sama. Dan, meskipun yang kita lihat adalah awan yang sama namun orang lain melihat awan itu dalam bentuk yang berbeda-beda.

Saat sedang asyik memandangi awan, tanpa sadar aku melihat anak kecil yang berlari sekuat-kuatnya memandangi kejaran seekor anjing liar.

Anak itu sampai di tepi parit yang menurutku mustahil bagi seorang anak kecil untuk melompatinya.

Tapi, apakah yang terjadi? Dengan ajaib, anak tersebut berhasil melompati parit tersebut. Meninggalkan sang anjing di belakang.

Aku sangat terkejut, bagaimana bisa seorang anak kecil dengan tinggi sekitar setengah meter, bisa menyeberangi parit selebar +1 meter?

Setelah diamati, anak tersebut dalam sebuah kondisi dimana hanya ada dua pilihan baginya.

Yaitu melompati parit, atau digigit anjing.

Anak itu dalam kondisi KRITIS.

Tapi, entah kenapa ada yang memberi kemampuan bagi anak itu untuk melompati parit yang lebar!

Inilah suatu contoh yang terjadi akibat fenomena SEMESTA MENDUKUNG.

Aku jadi tertarik dengan istilah yang baru saya dengar ini. Lalu aku mencari apa makna dari “SEMESTA MENDUKUNG”….

Dalam Al Qur'an fenomena Semesta Mendukung mirip dengan ayat, “Innamaa amruhu idza arada syaan anyakulalahu..kun fayakun…” yang artinya ” Bilamana Allah menghendaki sesuatu terjadi dan berfirman terjadi..maka terjadilah..” (ayat 82 Surat Yasiin),


Ini adalah konsep yang dipopulerkan oleh Prof. Yohanes Surya Ph.D, Ketua Tim Olimpiade Fisika Indonesia yang telah sukses mengharumkan nama bangsa dengan menggondol 4 medali emas dalam kompetisi terakhir ini. Menurutnya, kalau kita punya keinginan yang spesifik atau target yang tinggi, alam semesta akan mendukung kita untuk mewujudkan keinginan itu. Akan datang saja bantuan tanpa disengaja untuk mendukung kita mencapai tujuan itu. Sebenarnya konsep ini sudah banyak dikenal dengan istilah yang berbeda-beda. Napoleon Hill, Norman Vincent Peale, sudah sering memperkenalkan konsep ini dengan istilah berbeda.

Salah satu syarat untuk mendapatkan Mestakung ini adalah adanya titik kritis. Titik kritis inilah yang membuat kita mengerahkan seluruh kemampuan untuk mengatasinya. Contohnya orang yang dikejar-kejar anjing. Serta merta orang itu akan mengeluarkan energi yang jauh lebih tinggi dari biasanya untuk melarikan diri. Selain itu juga ada cerita nenek-nenek yang mampu mengangkat mobil untuk menyelamatkan cucunya yang terjebak di bawah mobil yang terbakar.

Yohanes Surya sendiri dalam perjalanannya mencapai cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai juara olimpiade fisika ini juga mengalami banyak titik kritis yang akhirnya membawanya mendapatkan Mestakung ini. Saat itu dia ingin sekali bersekolah ke Amerika. Dia pasang target sepulang dari sana untuk mengembangkan fisika di Indonesia. Dia menetapkan target tinggi itu dan menciptakan titik kritis. Karnena tidak punya uang, dia berusaha mencari tambahan dengan mengajar les privat. Dari uang yang diperolehnya, dia langsung membuat pasport. Banyak orang mentetawakannya. Lha wong keberangkatannya aja belum jelas, kok udah bikin passport. Kebetulan saat itu ada program beasiswa untuk belajar ke Amerika. Dia langsung daftar. Ikut tes, dan berhasil. Mestakung.

Dalam bisnis dan kehidupan konsep ini juga berlaku. Saya mengalami banyak pengalaman dari Mestakung ini. Saat kepepet, tidak punya pilihan, tiba-tiba ada saja "tangan Tuhan" yang membantu melalui caranya sendiri-sendiri. Pertemuan tidak sengaja, bantuan dari orang lain, informasi yang datang begitu saja, semua itu seperti mendukung kita untuk menyelesaikan masalah itu. Pengalaman bangkrut dan terusir dari Tanah Abang itu adalah titik kritis dalam perjalanan bisnis saya.

Waktu kuliah dulu, saya pernah dapat nilai D dalam mata kuliah Pemasaran Internasional. Saya harus mengulang kembali semester berikutnya. Apesnya, saya ketemu lagi dengan dosen yang sama dan untuk 2 mata kuliah sekaligus. Yang satunya adalah Seminar Pemasaran. Saat kuliah pertama, dosen ini bertanya siapa saja yang mengulang mata kuliahnya ini. Cuma saya yang mengacungkan jari. Ooops, saya posisi saya kritis nih, batin saya. Kalau kedua mata kuliah itu gagal, habislah saya. Tapi, kenyataan yang terjadi berbeda. Saya lulus untuk kedua mata kuliah itu dengan nilai A. Memang, saat itu saya berusaha keras untuk membuktikan bahwa saya bisa.

Yohanes Surya kemudian menyimpulkan, untuk mencapai kesuksesan kita harus menciptakan titik kritis itu sesering mungkin. Apakah itu dalam bentuk sasaran atau target yang tinggi. Dari titik kritis itu kita akan memaksimalkan upaya kita untuk mencapainya. Maka, tangan Tuhan melalui Mestakung itu akan muncul di saat yang tepat.




Poulo Coelho dalam bukunya Sang Alkemis mengatakan :

“Ketika engkau tau dan jelas tugasmu di dunia ini ,yakini dan kejarlah maka seluruh energi semesta alam akan bahu menbahu menbantu engkau menyelesaikan tugasmu serta memenuhi harapanmu”

Andrea Hirata dalam buku Sang Pemimpi pun berkata:

“Bermimpilah dan yakinlah, maka Tuhan akan memeluk mimpi mimpimu dan akan menghadirkannya di alam nyata tepat pada saat engkau menbutukannya”

Jadi kalau anda ingin didukung oleh semesta raya maka niat anda harus kuat serta yakin akan keinginan anda yang akan menbawakan kebaikan bagi anda serta orang lain.
Keyakinan anda akan menbuat semua energi semesta akan mendukung keinginan anda untuk diwujudkan dalam hidup anda.

Setelah yakin ,kejarlah dan hati anda harus bersih dan penuh kasih karena inilah hukum utama dari energi semesta raya.
Maka lihatlah keajaiban keajaiban yang akan anda terima dari Tuhan serta semesta alam.

Opini Tentang Mario Teguh Golden Show : A Man In Love


ditulis oleh : Hafizh Herdi Naufal
http://twoh.web.id

Pengalamanku ini terjadi waktu aku menonton Mario Teguh GOLDEN WAYS yang bercerita tentang, A Man In Love. Sudah agak lama memang, dan berhubung judulnya kelihatannya keren, aku pun memutuskan untuk menyempatkan waktu barang setengah jam untuk menonton acara tersebut. Kalau dibilang butuh motivasi, sebenarnya nggak juga, motivasi selalu mengalir dengan derasnya di dalam diriku, setiap aku melihat orang-orang penuh semangat yang ada di sekitarku, termasuk orang tuaku, dan juga adikku.



Belakangan ini kalau kuperhatikan, sosok motivator kita yang sedemikian briliannya sehingga pancaran sinar matahari yang menimpa kepalanya bisa dengan nyata terpantul kembali ke mata kita, selalu menyertakanmultiple choice di setiap sesi acara MTGW, termasuk juga pada linimasa di akun Facebook beliau. Sebenarnya inilah yang menarik, dengan adanya pilihan ganda, kita bisa mengetahui mayoritas sikap warga negara ini terhadap suatu pertanyaan, yang mana pertanyaan-pertanyaan tersebut seringkali merupakan cerminan kejadian-kejadian yang menimpa kita sehari-hari. Mengetahui sifat warga negara yang nantinya akan kau kuasai, adalah hal yang sangat penting. ;) 

Oke, TV dinyalakan, dan aku mulai menonton. Mario Teguh mengutarakan pendapatnya. Oke, aku setuju. Setuju. Dan setuju. Kemudian jeda iklan muncul dan Mario Teguh kembali bermotivasi, lagi-lagi aku setuju, mungkin jika tebakanku benar, hampir semua orang yang menonton MTGW waktu itu juga akan setuju dengan apa yang dikatakan oleh Mario Teguh. Sampai-sampai aku berpikir, apakah Mario Teguh sengaja mengeluarkan pendapat yang diplomatis yang memang disetujui oleh semua orang agar beliau tidak ditentang saat mengemukakan pendapatnya sendiri? Well, sepertinya memang tidak, yah kuakui itu memang kemampuan beliau untuk mengekstrak hal-hal yang baik dari hidup ini, dan kemudian menyampaikannya kepada kita melalui motivasi. Sehingga tanpa sadar kita berguman, "Hmm, oh iya-iya. Benar juga ya..."  Padahal apa yang beliau sampaikan adalah hal yang bisa kita ketahui apabila kita senantiasa berbuat dan berperilaku baik kepada siapapun dan juga kepada diri sendiri.

Setelah beberapa waktu, tibalah saat yang kutunggu-tunggu. Dimana Mario Teguh mulai mempersilahkan para penonton supernya untuk memegang remot kontrol yang telah disediakan untuk memilih jawaban dari pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaannya adalah, Apa yang akan kau lakukan, untuk menarik kembali hati pasanganmu, apabila perhatiannya padamu, mulai berkurang? Coba Anda lihat pertanyaannya, sangat simpel bukan? Pertanyaan yang sangat simpel, sangat umum yang hampir 99% pasangan kekasih pernah mengalaminya. Dan berikut ini adalah pilihan jawaban yang diberikan oleh Mario Teguh, berbentuk consider it by your own opinion, alias tidak ada jawaban yang benar. Jawab sesuai dengan pendapat kalian, namun, nantinya akan saya tunjukkan jawaban yang benar. Setidaknya benar menurut saya dan si om Mario Teguh. Oke, inilah pilihan jawabannya (jika saya tidak lupa):

  1. Mengubah perilaku Anda, menjadi pribadi yang anggun, dan penuh pengertian.
  2. Segera mengajak kekasih Anda, untuk menikah, dan membahas tanggal yang baik.
  3. Mengembangkan karir dan bisnis Anda.

Dan... Setelah kulihat pilihan-pilihan yang ada, tanpa sadar aku ngomong, "Kalau orang China pasti milih yang nomer tiga."  Celetukanku itu didengar oleh bapakku yang kebetulan juga sedang menonton acara ini, dan beliau langsung memastikan, "Apa? Kamu milih apa?"  
"...yang nomor tiga,"  jawabku. Bapakku hanya diam. Jawabanku pada waktu itu hanya berdasarkan pada film-film Mandarin yang pernah kutonton, dimana para master mahjong yang sudah kaya begitu mudahnya untuk mencari wanita. hehe

Setelah jeda iklan yang cukup membuat mengantuk, inilah jawaban-jawaban yang diberikan para penonton super Mario Teguh. Yang mana jawaban beberapa ratus penonton ini, menurut hukum distribusi sampling yang kudapatkan di mata kuliah probabilitas dan statistika, bisa digunakan sebagai jawaban yang mewakili jawaban dari dua ratus lima puluh juta warga negara Republik Indonesia.

Oke, kalian pikir berapa persentasi penonton super yang memilih jawaban nomor tiga? Hanya satu persenlebih sedikit karena ditambah satu suaraku yang nggak kehitung. :p Seperti yang sudah kuprediksikan, jawaban nomor pertama mendapat suara delapan puluh kali lebih banyak daripada jawaban nomor satu, dan sisanya memilih jawaban nomor dua.

Lantas, si Mario Teguh seperti biasa menanyakan alasan-alasan kepada para penonton supernya kenapa mereka memilih jawaban nomor satu, dua, dan tiga. Aku nggak begitu mendengarkan bagian ini, namun aku juga punya alasan sendiri. Contohnya untuk nomor dua, "Segera mengajak kekasih Anda, untuk menikah, dan membahas tanggal pernikahan" Sebenarnya, kalau banyak orang Indonesia yang menonton anime, alasan kenapa jawaban nomor dua ini salah, atau setidaknya mempunyai resiko membuat hubungan menjadi berakhir, banyak sekali terkandung sebagai hikmah di anime-anime yang pernah saya tonton. :P Yaitu,love don't rush. Jangan terburu-buru ngajak nikah lah, cari dulu masalahnya. Mungkin kurang lebih begitu.

Kemudian di saat Mario Teguh menanyakan alasan kenapa memilih jawaban nomor satu kepada salah seorang penonton super, penonton itu memberikan jawaban yang secara tidak langsung dia mengungkapkan kalau jawaban nomor satu dipilihnya karena mengandung kata-kata yang bersifat baik. Yang mengingatkan saya pada pertanyaan seorang peserta pada suatu acara pembentukan karakter, dia bertanya, "Pak, bagaimana caranya agar kita terlihat bijaksana?"  
Langsung dijawab dengan tawa renyah dari pembicara, "Mas, gimana Anda bisa terlihat bijaksana. Kalau Anda sendiri belum punya sikap bijaksana tersebut? Sikap bijak tidak bisa dibentuk agar seolah-olah orang lain melihat kita adalah orang yang bijak, sedangkan aslinya tidak." 

Demikian halnya dengan jawaban nomor satu, "Bagaimana kita bisa terlihat anggun, dan penuh pengertian. Apabila kita sendiri tidak mempunyai faktor yang menyebabkan sikap tersebut terpancar dari diri kita secara natural?"

Dan, di saat saya asyik sendiri dalam menganalisa jawaban, terdengar jawaban final yang diberikan Mario teguh yang kurang lebih seperti ini,"...jadi jawaban nomor tiga yang hanya satu persen, sesungguhnya sanggup mengalahkan kedua jawaban lainnya, "  beliau menambahkan", dengan berjuang keras dalam karir dan bisnis. Anda akan menjadi pribadi yang tangguh, yang tidak terburu-buru dalam menghadapi suatu masalah. Yang nantinya apabila Anda sukses dalam bisnis, Anda akan menjadi pribadi yang dewasa dan anggun, dan juga sanggup menghadapi kekasih Anda dengan penuh pengertian. Tentu saja Anda juga menjadi lebih menarik di matanya."

Well, Mario Teguh. You're my friend!

Selamat Datang di Renungan Kala Senja

Selamat Datang


Renungan Kala Senja adalah sebuah blog yang berisi tentang motivasi-motivasi dan pemikiran-pemikiran asli Indonesia.
Artikel-artikel motivasi yang ada di sini sangatlah simpel, elegan dan memotivasi.
Semoga dengan membaca blog kami, kalian mendapatkan inspirasi dan mendapatkan semangat untuk menjalani hari-hari dengan berpikiran positif.




Salam

Founder

Monday, May 7, 2012

Probabilitas dan Statistika dalam Permainan Adsense

Saya sendiri pada awalnya tidak percaya ketika ada teman yang melihat saya mulai bermain Adsense lagi dan bertanya, "Emang nanti iklan kamu ada yang ngeklik?".   

Dan lantas saya jawab sambil tertawa, "Ada lah, siapa tahu, yang penting kan trafiknya".


Dan, itu benar, semua ada pada traffic.


Pada saat saya pertama kali membuat blog di http://twohengineering.wordpress.com. I'm like a maniac. Saya terus menulis dan tidak peduli, well, yang saya tulis pada saat itu adalah kebanyakan artikel tentang pemrograman Java. Dan sedikit postingan tidak berguna. Kemudian, setelah mempunya sekitar 100 postingan sampai saat ini. Guess what? Blog saya sekarang mempunyai daily visitor sekitar 30-50 orang setiap harinya, semua datang lewat search engine.


Berdasarkan pengalaman itu, sekarang pada saat saya membuat sebuah website http://twoh.web.id yang dedicated juga untuk topik yang sama, segala hal tentang pemrograman Java, saya tahu kemana harus melangkah. Dan saya tidak sabar untuk mempunyai 1000 artikel, di sana bisa dihitung perbandingannya, kalo sehari saja saya ada 300-400 visitor, maka ada 9000 visitor yang akan mampir ke blog saya tiap bulan tanpa harus susah-susah publish link ke berbagai social media. Blog bisa ditinggal santai. :D


Well, ketika membaca sebuah artikel yang membahas tentang adsense, sebenarnya saya setuju jika adsense sebaiknya tidak dipakai untuk penghasilan utama, lebih cocoknya untuk penghasilan tambahan, dari bisnis utama yang Anda jalankan.


Maka, kesimpulannya adalah seperti ini, trafik adalah bisnis utama kalian, dan iklan adalah bisnis sampingan.


Dan tentu saja itu butuh kerja keras.


Ka kai lai lah - Nekatlah.


Salam.

Kisah Nyata Sedekah dari Ustadz Yusuf Mansur


Banyak orang yang memiliki penghasilan besar, namun selalu merasa tidak cukup. Bahkan tidak jarang pengeluaran mereka lebih besar dari penghasilan yang didapat. Mungkin diri kita pernah merasakan demikian. Maka instropeksilah, mungkin sedekah yang kita keluarkan terlalu sedikit, sehingga berkah yang Allah berikan juga sekedarnya. Padahal dalam surat Al An’am ayat 160, Allah sudah janji akan melipatgandakan pahala sampai 10 kali lipat bagi mereka yang berbuat kebaikan. Jadi sebetulnya kita tak perlu ragu untuk menyisihkan penghasilan bagi mereka yang membutuhkan. 1 – 1 = 10, itulah ilmu sedekah. Banyak kejadian dibalik fenomena keajaiban sedekah.

Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Yusuf memaparkan beberapa kisah yang Insya Allah mampu meningkatkan keyakinan kita, bahwa Allah pasti akan meliptrgandakan pahala-Nya, bila kita sedekah. Contohlah sebuah kisah tentang seorang supir yang mengeluh karena gajinya terlalu kecil.
“Supir ini datang ke Klinik Spiritual dan Konseling Wisata Hati. Dia bilang gajinya cuma 800 ribu, padahal anaknya lima! Ia ingin gajinya jadi 1,5 juta!” ujar Ustadz Yusuf sambil duduk bersila di permadani.

Dengan bijak, Ustadz Yusuf mengajak supir itu mensyukuri terlebih dahulu apa yang telah didapatkannya selama ini. Kemudian ia menunjukkan surat Al An’am 160 dan surat 65 ayat 7, mengenai anjuran bagi yang kaya untuk membagi kekayaannya dan yang mampu membagi kemampuannya.

Supir itu lantas bertanya,”Kapan ayat-ayat itu dibaca dan berapa kali, Ustad?” “Nah, inilah kelemahan orang kita,” potong Ustadz Yusuf sejenak, “Qur’an hanya untuk dibaca!”
Agak kesal dengan pertanyaan sang supir, Ustadz Yusuf menyuruhnya segera berdiri. Kemudian ia bertanya, ”Maaf… boleh saya tanya pertanyaan yang sifatnya pribadi? ”Supir itu mengangguk. “Nggak bakal tersinggung?” Kembali supir itu mengangguk. “Bawa duit berapa di dompet?” desak Ustadz Yusuf. Supir itu mengeluarkan uangnya dalam dompet, jumlahnya seratus ribu rupiah. Langsung Ustadz Yusuf mengambilnya. “Nah, uang ini akan saya sedekahkan, ikhlas?”

Supir itu menggaruk-garukkan kepalanya, namun sejurus kemudian mengangguk dengan terpaksa. “Dalam tujuh hari kerja, akan ada balasan dari Allah!” “Kalau nggak, Ustad?” “Uangnya saya kembaliin!”

Mulailah sejak itu ia menghitung hari. Hari pertama tidak ada apa-apa, demikian pula hari kedua, bahkan pada hari ketiga uangnya hilang sejumlah 25 ribu rupiah. Rupanya ketika ditanya Ustadz Yusuf tempo hari, sebenarnya ia bawa uang 125 ribu rupiah, namun keselip.

Pada hari keempat supir itu diminta atasannya untuk mengantar ke Jawa Tengah. Selama empat hari empat malam mereka pergi. Begitu kembali, atasannya memberikan sebuah amplop, “Ini hadiah istri kamu yang kesepian di rumah,” begitu katanya.

Ketika amplop itu dibuka, Subhanallah…. Jumlahnya 1,5 juta rupiah. Para dai muda yang menyimak cerita itu terkagum-kagum.

Kemudian Ustadz Yusuf Mansur bertanya, “Siapa yang belum nikah?” serentak hampir semua peserta mengacungkan tangan dengan semangat, seraya bergurau. “Nah, selain untuk memanjangkan umur, mengangkat permasalahan, sedekah juga mampu membuat orang yang belum kawin jadi kawin, dan yang udah kawin…” “Kawin lagi???” jawab beberapa peserta, kompak! Ustadz Yusuf tertawa, “Yang udah kawin… makin sayang…”

Lalu mengalunlah sebuah cerita lain. Ada seorang wanita berusia 37 tahun yang belum menikah mengikuti seminarnya. Setelah mendengarkan faedah sedekah, wanita itu lantas pergi ke masjid terdekat dari rumahnya dan bertanya pada penjaga masjid itu, “Maaf, Pak… kira-kira masjid ini butuh apa? Barangkali saya bisa bantu…” “Oh, kebetulan. Kami sedang melelang lantai keramik masjid. Semeternya 150 ribu…” Wanita itu menarik sejumlah uang dari sakunya, yang berjumlah 600ribu. Tanpa pikir panjang ia membeli empat meter persegi lantai tersebut,”Mudah-mudahan hajat saya terkabul…” harapnya.

Subhanallah… Allah menunjukkan keagungan-Nya. Minggu itu juga datang empat orang melamarnya! “Itulah sedekah!”

Ustadz Yusuf menantang mata peserta,”Sulit akan menjadi mudah, berat menjadi ringan… asal kita sedekah!”
Sebuah kisah unik lainnya terjadi. Suatu hari, seorang wartawan mengajak Ustadz Yusuf ke Semarang, hanya untuk berpose dengan sebuah mobil Mercedez New Eyes E 200 Compresor baru. Tak ada yang istimewa dengan mobil itu kecuali harganya yang mahal, sekitar 725 juta rupiah, dan… mobil itu milik seorang tukang bubur keliling!
Loh, bagaimana bisa seorang tukang bubur punya mercy? Bisa aja kalau Allah berkehendak. Tukang bubur itu tentunya tak pernah bermimpi bisa memiliki sebuah mobil Mercedez baru. Namun kepeduliannya kepada orang tua, justru membuatnya kejatuhan bulan.

Karena orang tuanya ingin naik haji, tukang bubur itu giat sedekah. Ia sengaja menyediakan kaleng kembalian satu lagi, khusus uang yang ia sedekahkan. Yang kemudian ia tabung di sebuah bank. Ketika tabungannya itu telah mencapai 5 juta, ia mendapatkan satu poin memperebutkan sebuah mobil mercy. Dan si tukang bubur itulah yang memenangkan hadiah mobil tersebut.

Karena tak mampu membayar pajaknya sebesar 25%, seorang Ustadz bernama Hasan, pemilik Unisula, membantunya. Maka, jadilah mobil itu milik tukang bubur.
Kisah terakhir, tentang hutang 100juta yang lunas hanya dengan sedekah 100 ribu rupiah. Orang ini mendengarkan ceramah seorang Ustadz yang mengatakan, kalau sedekah itu dapat membeli penyakit, dapat membayar hutang, dan dapat menyelesaikan masalah. Teringat hutangnya sejumlah 100 juta, ia menyedekahkan uang yang ada, sebesar 100 ribu.
Dalam hatinya ia berharap hutangnya dapat cepat lunas. “Dan… Allah mengabulkan doanya secepat kilat. Begitu pulang dari pengajian, saat menyebrang jalan, orang itu tertabrak mobil dan lunaslah hutangnya!” seru Ustadz Yusuf Mansyur berapi-api.

Semua peserta melongo kemudian tertawa. Hampir semua menebak orang itu meninggal, sehingga si pemilik piutang mengikhlaskan hutangnya.

“Nggak!” koreksi Ustadz Yusuf Mansur cepat, “Dia cuma pingsan. Kebetulan yang nabrak orang kaya. Selain dibawa ke rumah sakit, dia juga melunasi hutangnya!”

Itulah… Allah punya cara tersendiri untuk menolong hamba-Nya. Selain memberikan materi tentang sedekah, Ustadz muda berkulit putih ini juga memberikan masukan dan saran tentang bagaimana tampil yang baik di hadapan audience (baik di televisi ataupun di ruangan), di antaranya mengajarkan teknik memotong materi (untuk commercial break) yang baik, sehingga pemirsa televisi enggan mengganti saluran dan tetap menunggu sampai iklan berakhir, lalu cara melibatkan emosi audience, melibatkan orang sekitar acara (baik outsider, maupun insider), intonasi suara, melakukan atraksi menarik, dan sebagainya.

Begitulah masbro, kisah nyata keajaiban sedekah dari Yusuf Mansur, semoga kita menjadi bagian dari para ahli sedekah yang ikhlas dan mengingat Allah saja dalam bersedekah.

Tutorial Belajar Android